Rabu, 26 Maret 2014

Semen Merah Putih Sudah Sesuai Aturan

PT Cemindo Gemilang menyatakan jika impor semen yang dilakukannya sudah sesuai aturan. Produsen semen Merah Putih ini baru saja merampungkan pembangunan line pertama pabrik Semen Merah Putih yang berada di Ciwandan-Cilegon berkapasitas 750 ribu Ton, adalah pemain baru di industri semen.

Selain di Ciwandan, Cemindo juga sedang membangun pabrik semen tereintegrasi di Bayah-Banten, berkapasitas produksi 4 juta ton semen per tahun dengan nilai investasi lebih dari Rp 7 triliun dan telah dicanangkan pemerintah sebagai proyek MP3EI. Dari kedua lokasi proyek ini saja perusahaan telah menyerap sekitar 3.000 tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung.

“Dengan investasi sebesar itu, kami tidak mungkin main-main dengan bisnis semen ini, apalagi sampai tidak menaati semua aturan yang telah ditetapkan,” ujar Presiden Direktur Cemindo  Aan Selamat dalam keterangan tertulisnya, Selasa (25/3/2014).

Aan memaparkan, apa yang dilakukan Cemindo telah mengikuti peraturan Permendag No. 27 Tahun 2012 Pasal 6, yang memberikan kesempatan kepada produsen pemegang API-P untuk mengimpor barang industri tertentu untuk pengembangan usaha dan investasinya. Barang tersebut dapat diperdagangkan untuk tujuan tes pasar.

“Semua pengapalan semen kami mengikuti peraturan yang ada, termasuk pembayaran PPN Impor dan PPh Pasal 22 sebelum kapal sandar dan dibongkar,” ujarnya.

Bahkan dengan diterbitkannya aturan baru yaitu Permendag No. 40 Tahun 2013 tertanggal 1 September 2013 yang mengatur mengenai impor Clinker dan Semen dan baru efektif diberlakukan di portal Indonesia National Single Window (INSW) pada 28 Januari 2014, PT Cemindo Gemilang juga telah menaati peraturan tersebut.

“Jadi kami sudah menaati kedua peraturan tersebut. Kalau sekarang tiba-tiba dikatakan ilegal, dimana letak ilegalnya? Kenapa hanya Semen Merah Putih saja yang dituding?," tukas dia.


sumber  :   http://economy.okezone.com/read/2014/03/25/320/960229/produsen-semen-merah-putih-bantah-langgar-aturan

Sabtu, 22 Maret 2014

Pabrik Grinding Plant Semen Merah Putih di Ciwandan Cilegon Siap Beroperasi Bulan April 2014

                                                              Proses Bongkar Muat


                                                                      Loading Point


                                                                    Clinker Hoper


                                                       Hoper Clinker Tampak Dalam


                                                                  Gypsum Material


                                                                     Stok Material


                                                             Clinker Convenyer Silo


                                                                           Clinker


                                                         Hoper Clinker Tampak Luar


                                                             Kondisi Grinding Plant


                                                                      Silo Clinker


                                                                      Silo Additive

Sabtu, 15 Maret 2014

Menjinakkan Kerasnya Limestone, Bahan Baku Semen Merah Putih

Menjinakkan Kerasnya Limestone, Bahan Baku Semen Merah Putih

201401semen
Kinerja Divisi Kuari dan Konstruksi PT DAHANA (Persero) semakin teruji, dan kian memantapkan sepak terjangnya sebagai pemain utama di sektor kuari dan konstruksi. Dengan pangsa pasar domestik lebih 90 persen, berbagai site baru turut dibidani, baik sektor kuari maupun konstruksi yang kini tersebar hampir merata di seluruh wilayah kepulauan Indonesia.

Di divisi ini terdapat dua sektor bisnis, yaitu sektor kuari dimana di dalamnya meliputi kuari granit, andesit dan semen.  Fokus utama dari kegiatan sektor kuari adalah mempertahankan konsumen (existing) seraya memperluas pasar serta meningkatkan mutu pelayanan dari penjualan spot ke bentuk jasa.

Salah satu wilayah teranyar yang dibuka adalah Provinsi Banten, tepatnya di Desa Pamubulan, Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak. Dahana kebagian menunjukkan kemampuannya untuk mengerjakan drilling dan blasting sekaligus, untuk proyek Semen Merah Putih. Proyek kuari yang berada di bawah bendera PT Gama Group ini diproyeksikan mampu memasok batuan limestone untuk kebutuhan semen.

Dari target volume produksi berdasarkan kontrak yang ditetapkan sebesar 4.500.000 ton/tahun, DAHANA menjadi operator peledakan hingga tiga tahun mendatang.

Sementara itu, untuk sektor konstruksi saat ini market share Dahana masih dinilai kurang dan sedang digenjot. Kegiatan jasa peledakan di sektor konstruksi yang biasa dilakukan umumnya terkait dengan pembuatan DAM dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (pembuatan diversion tunnel, saluran pembawa dan power house) dan pekerjaan pembuatan jalan dan masih banyak proyek di bidang peledakan konstruksi lainnya seperti building demolition, underwater blasting dan kontrol peledakan  lainnya.

Khusus di Provinsi Banten, Divisi Kuari dan Konstruksi PT DAHANA (Persero) kian berkibar dan menuai hasil menggembirakan. Terbukti, dimana sebelumnya Dahana mengerjakan blasting di proyek pembangunan PLTU Salira di Desa Salira kecamatan Pulo Ampel Kabupaten Serang, kemudian dua proyek blasting dan drilling sekaligus yang dikerjakan BUMN handak plat merah ini di kabupaten Lebak yaitu, Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Cibareno I. Pembangkit listrik berkapasitas 5000 kW ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Jawa, khususnya wilayah Jabodetabek.

Untuk pengerjaan proyek Semen Merah Putih di bawah bendera PT Gama Group ini, Dahana melakukan persiapan yang matang. Berbagai tahapan telah dilalui seperti pembangunan gudang bahan peledak (handak), perijinan dari dinas pertambangan dan kepolisian terkait kegiatan drilling dan blasting.

Kegiatan lainnya adalah sosialisasi ke unsur muspida dan masyarakat sekitar untuk meyakinkan bahwa kegiatan peledakan dapat berlangsung aman, dan Dahana mampu melakukan kontrol terhadap aktivitas peledakan tersebut.

Seperti halnya handak di site lainnya, Dahana masih mengandalkan tiga varian handak yang terdiri dari Danfo, Dayagel Magnum, serta Detonator Non Elektrik (Nonel). Dalam aktivitas peledakan, getaran yang dihasilkan dibuat seminimal mungkin.  Karyanto, Site Manager Bayah Project Divisi Kuari dan Konstruksi PT DAHANA mengungkapkan, "Masyarakat sangat kondusif, saat kegiatan peledakan banyak warga melihat secara langsung dari tempat mereka berada. Hal ini terjadi mengingat sebelumnya telah dilakukan sosialisasi".

Saat ini sudah efektif empat bulan berjalan dengan progress volume peledakan sebesar 155.000 BCM. Meski sempat ada jeda, Dahana mampu menutup waktu yang hilang dengan progres kerja yang maksimal.

Di site Semen Merah Putih, Dahana menerjunkan tenaga sebanyak 18 personel terdiri dari 9 orang untuk drilling dengan 2 unit CRD dan 1 unit HCR, serta 9 orang membidangi blasting.

Dahana merintis fase development quarry Gama Group mengingat kondisi quarry bisa dibilang masih hutan. Dahana harus membantu Gama Group dalam menyiapkan jalan tambang, pembentukan bench sampai quarry siap memasuki masa produksi, namun pada fase ini Dahana dituntut sudah mulai produksi mengingat permintaan kebutuhan material blasting sangat banyak meliputi pemenuhan kebutuhan untuk pelebaran jalan, temporarry jetty, breakwater untuk port, material concrete, laminasi cement plant dan posko. “Dahana menyiapkan kebutuhan bebatuan dengan berbagai fragmentasi," papar Karyanto lebih jauh.

Proses drilling dan blasting bagi Semen Merah Putih sangat dibutuhkan pada fase development, dimana limestone yang ada di site Semen Merah Putih sangat keras, bahkan bisa dikatakan paling keras di antara limestone yang ada di Indonesia. Limestone di quarry Gama Group dijadikan batu split sebagai raw material concrete. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh pihak Semen Merah Putih Dadik Setyo Widodo, Bayah Project General Manager serta Rapana H. Aritonang, Quarry Manager.

Hingga saat produksi nanti sudah berjalan, Semen Merah Putih akan membutuhkan bahan baku limestone sebesar 4,5 juta ton pertahun secara kontinyu untuk diproses menjadi semen.
Diharapkan diakhir tahun 2015 semen plant yang sedang dipersiapkan sudah selesai pengerjaannya dan mampu berproduksi. Target produksi dari site yang berlokasi di kabupaten Lebak ini sebesar 3,2 juta ton semen per tahun.

Semen Merah Putih dibawah bendera PT Gama Group tentu saja mengharapkan dukungan berkelanjutan serta jasa Dahana, bukan hanya sebatas development namun hingga proses produksi.
PT Gama Group tidak menemui kendala yang cukup berarti saat bekerjasama dengan pihak Dahana, bahkan kepuasan atas kinerja yang selama ini Dahana tunjukkan khususnya untuk fase development dalam jalur sesuai harapan.

Sarana pengembangan hingga menuju terealisasinya semen plant berdiri, seperti yang kini sedang dikerjakan yaitu pembangunan dermaga untuk memudahkan sarana transportasi dan distribusi, Dahana ikut serta membantu pelaksanaannya.

Gama Group memberi tantangan tersendiri kepada Dahana, seperti masalah fragmentasi mengingat kebutuhan di proyek Semen Merah Putih ini cukup berbeda dibandingkan dengan lokasi lain khususnya dalam ukuran yang spesifik. Dahana menjawab tantangan itu dengan hasil yang baik.

Rasa Optimis Semen Merah Putih

Pabrik Semen Merah Putih dibawah bendera PT Gama Group termasuk kategori pabrik semen terbesar di Indonesia, berlokasi di dua kecamatan yaitu Bayah dan Cilograng mencakup areal tambang seluas 2.400 hektare di sembilan desa sedangkan lokasi pabrik terletak di jalan Bayah-Cilograng desa Darmasari kecamatan Bayah mempercayakan proyek drilling dan blasting kepada PT Dahana (Persero) yang sangat berpengalaman.

Bahan baku semen yang menggunakan batu kapur dan tanah liat ini cukup melimpah di daerah ini sehingga cukup optimis untuk pemenuhan kebutuhan nasional yaitu pasar domestik.
Total luas area untuk pabrik dan pelabuhan sekitar 500 hektare, untuk pabriknya 90 hektare. Resources seperti batu kapur dan silika dari clay-nya cukup dalam waktu yang cukup lama untuk produksi.

Semen Merah Putih Sudah Mulai Produksi Pertengahan Bulan Maret 2014

PT Cemindo Gemilang telah merampungkan pembangunan pabrik Semen Merah Putih yang berada di Ciwandan, Cilegon, Banten. Semua mesin dan peralatan penunjang produksi semen telah terpasang sejak akhir Januari 2014 lalu.
“Saat ini penyelesaian tahap akhir sedang dilakukan,” ujar Direktur Utama PT Cemindo Gemilang Aan Selamat, dalam keterangan tertulisnya yang diterima JPNN, Rabu (12/3).
Pabrik Semen Merah Putih di Ciwandan ini nantinya akan memiliki kapasitas produksi sebesar 750 ribu ton semen per tahun dan merupakan Grinding Plant Semen Merah Putih pertama yang beroperasi di Indonesia.
Dijelaskannya, dalam kunjungan ke lokasi pabrik Ciwandan beberapa waktu lalu juga dilakukan demonstrasi pengoperasian grinding mill yang berfungsi sebagai instrumen utama penggilingan clinker menjadi semen jadi.
Siap beroperasinya pabrik Semen Merah Putih di Ciwandan ini merupakan wujud dari komitmen jajaran Komisaris dan Direksi PT Cemindo Gemilang untuk ikut berkontribusi memenuhi permintaan semen di Tanah Air yang terus meningkat.
Diperkirakan tahun ini permintaan semen secara nasional akan mencapai lebih dari 60 juta ton. Kebutuhan semen ini diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 70 juta ton pada 2015.
Aan memaparkan, pembangunan pabrik Semen Merah Putih ini merupakan kelanjutan dari keberhasilan program memperkenalkan produk Semen Merah Putih ke masyarakat sejak 2012 lalu.
Saat itu, melalui uji penetrasi pasar dengan menggunakan produk semen yang diimpor dari Vietnam, PT Cemindo Gemilang sukses memposisikan Semen Merah Putih sebagai produk semen berkualitas premium dengan harga kompetitif.
Karena itu, Aan berpesan agar tetap mempertahankan kualitas produk Semen Merah Putih. “Quality control yang ketat akan menjadi perhatian kami semua yang ada di Cemindo Gemilang. Tujuannya agar pabrik pertama kami di Indonesia ini mampu menghasilkan semen berkualitas premium.”  Ungkap Aan.
Pada saat yang bersamaan Semen Merah Putih sedang membangun pabrik terintegrasi di Bayah, “Untuk pabrik semen terintegrasi kami di Bayah saat ini masih dalam proses pembangunan,” ujar Aan menambahkan.
Pabrik di Bayah, Banten ini nantinya menjadi pabrik yang terintegrasi dengan kapasitas produksi hingga 10 ribu ton clinker/hari atau setara empat juta ton semen per tahun. (esy/jpnn)

sumber :https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2838682890691525132#editor/target=post;postID=1447114259407079731

Sabtu, 01 Maret 2014

Peluang Pasar Bata Ringan Terbuka Lebar

Permintaan terhadap bata ringan di kota besar terus meningkat. Produk ini menjadi incaran kontraktor atau pengembang perumahan. Ada peluang untuk berbisnis pembuatan bata ringan dengan modal ringan. Setahun bisa balik modal.

Harga bahan bangunan yang cenderung bertahan tinggi mendorong pengembang yang membangun rumah atau orang yang ingin merenovasi berupaya mencari cara agar lebih hemat dan efisien dalam mengeluarkan bujet. Sayang, tak banyak penghematan yang bisa dilakukan jika ingin tetap menjaga kualitas.

Salah satu cara penghematan yang bisa ditempuh adalah memilih bahan bangunan jenis “baru”. Walau harga lebih mahal, biasanya bahan bangunan jenis baru ini menjanjikan efisiensi lebih tinggi dalam pengerjaan maupun kebutuhan bahan baku pendukung. Rangka atap baja ringan misalnya, selain lebih awet ternyata bisa dikerjakan lebih cepat ketimbang rangka kayu.

Selain rangka atap baja ringan, bata ringan juga menjadi idola anyar para pengembang perumahan dan penghobi renovasi rumah. Batu bata berukuran lebih daripada batako, berwarna dominan putih atau krem ini semakin banyak dicari, baik oleh pengembang maupun orang yang ingin merenovasi atau membangun rumah.

Berbeda dengan batu bata atau batako, ukuran bata ringan ini jauh lebih besar. Ukuran bata ringan umumnya 60 cm X 20 cm x 10 cm. Sebagian orang menyebut bata ringan sebagai habel. Padahal, Habel sendiri merupakan nama beton ringan buatan PT Habel Indonesia. Spesifikasi bata ringan dan beton ringan buatan Habel agak beda. Bahan baku Habel adalah pasir silika, batu kapur, dan aluminium slury. Adapun bata ringan menggunakan bahan baku pasir, semen, air, dan zat kimia.

Menurut Syaiful Anam Manajer Pemasaran PT Mitracon, produsen bata ringan di Sidoarjo, bata ringan baru dikenal di Indonesia dua tahun terakhir. Di negara tetangga seperti Malaysia, bata ringan ini sudah dikenal sejak tahun 2000.

Meski baru dikenal di Indonesia, Junaidi Hasan, Manajer PT Sumber Rejeki Surya Makmur di Cakung, Jakarta Timur, bilang, permintaan bata ringan cukup berkembang. “Kami sampai kewalahan untuk memenuhi permintaan,” ujarnya. Ia menggambarkan, setiap hari, permintaan bata ringan bisa mencapai 220 meter kubik (m³). Padahal, kapasitas produksi di Cakung hanya 20 m³ per hari.

Persoalan yang sama juga dialami oleh Syaiful yang tergolong pemain baru di bisnis ini. Kini kapasitas produksi perusahaannya baru mencapai empat m³ per hari. Tapi, permintaan yang datang bisa sampai dua kali lipat. “Saya baru memulai bisnis ini sejak enam bulan lalu,” cerita dia.

Permintaan bata ringan ini biasanya berasal dari kontraktor yang akan membangun perumahan atau kantor dengan tiga sampai empat lantai. Tak sedikit pengembang rumah susun juga mencari bata ringan. Permintaan dari toko material juga tidak sedikit.

Biasanya, orang menggunakan bata ringan lantaran konsistensi ukurannya jauh lebih baik ketimbang bata merah. Maklum, proses pembuatan bata merah yang masih tradisional membuat ukuran bata tidak sama besar. Beda dengan bata ringan yang pembuatannya sudah menggunakan mesin, termasuk proses cetakannya.

Ukuran bata ringan yang jauh lebih besar dari bata merah juga membuat proses pembangunan lebih cepat. Pengangkutan bata ringan juga jauh lebih mudah lantaran sudah dikemas dalam jumlah tertentu. Selain itu, bangunan yang menggunakan bata ringan biasanya lebih tahan gempa. Menurut Syaiful, bata ringan tahan api empat sampai enam jam, sangat beda dari bata merah yang mudah terbakar.

Sayangnya, harga bata ringan ini jauh lebih mahal ketimbang bata merah. Syaiful bilang, harga bata ringan di Sidoarjo bisa mencapai Rp 680.000 per m³. Junaidi biasanya menjual bata ringan produksinya sekitar Rp 650.000 per m³. Nah, dengan kapasitas produksi yang mencapai 20 m³ per hari, Junaidi mengaku mampu mengantongi omzet Rp 325 juta per bulan. Asumsinya, ada 25 hari kerja. Adapun Syaiful yang hanya berproduksi 4 m³ mengaku mampu meraup Rp 68 juta per bulan dengan asumsi hari kerja yang sama.


Margin lumayan

Dengan nilai penjualan yang cukup besar itu, baik Syaiful dan Junaidi mengaku, harga pokok produksi bata ringan itu hanya sekitar Rp 400.000 per m³. “Itu sudah termasuk gaji pegawai dan listrik,” papar Junaidi. Artinya, margin laba dari usaha bata ringan per m³ ini bisa mencapai hampir 40%.

Tapi, Syaiful menghitung jauh lebih detail. Menurutnya, margin usaha pembuatan bata ringan itu hanya sekitar 10% - 15%. “Itu termasuk menghitung biaya penyusutan mesin produksi,” ujar dia.

Faktor lain yang juga harus dihitung adalah biaya sewa tempat. Junaidi bilang, lahan yang diperlukan untuk membuat usaha batu ringan ini minimal 500 meter persegi. “Tarif sewanya mungkin Rp 1 juta - Rp 2 juta per bulan,” kata dia. Tentu, besar kecilnya tergantung lokasi yang dipilih.

Produksi bata ringan juga membutuhkan beberapa bahan baku seperti pasir, semen, dan foam concrete sebagai generator. Untuk membuat 1 m³ bata ringan, butuh pasir sebanyak 400 liter, semen 250 kg, dan foam sebanyak 1 liter. Foam ini, menurut Junaidi, bisa diperoleh di internet atau beberapa toko kimia. Anda bisa memakai semua jenis merek semen, termasuk semen curah. Begitu pula dengan pasir.

Selain bahan baku, Anda juga perlu mesin pembuat bata ringan. Ada banyak yang menawarkan mesin pembuat bata ini. Junaidi bercerita, harga satu paket mesin sekitar Rp 170 juta. “Mesinnya ada macam-macam,” tutur dia. Ada foam refrigerator, mixer, screen, conveyor, cetakan plastik sebanyak 500 set, kompresor, frame cetakan 10 set, dan chem foam agent satu drum (isi 200 liter). Harga tersebut masih bisa nego lo. Junaidi juga bilang, selain menjual alat, “Kami juga mengajarkan proses produksi kepada pemula,” papar dia.

Syaiful mengaku mengeluarkan modal lebih besar untuk memulai usaha pembuatan bata ringan. “Total kebutuhan kami bisa mencapai Rp 600 juta-Rp 700 juta,” ujar dia. Sebanyak Rp 200 juta di antaranya habis untuk membeli mesin. Paket alatnya tidak jauh beda dengan yang ditawarkan oleh Junaidi. Sisanya untuk membeli lahan dan bahan baku.

Meski modal yang harus disiapkan cukup gede, Junaidi bilang, balik modal bisnis ini bisa kurang dari setahun. “Saya memperkirakan, balik modalnya bisa mulai tujuh bulan sampai 13 bulan,” ujar dia. Tentu, semua tergantung dari jumlah produksi dan penjualan bata ringan tiap hari.

Syaiful yang baru memulai bisnis selama enam bulan terakhir sudah yakin usahanya bakal balik modal kurang lebih setahun. Maklum, di daerahnya, produk bata ringan ini masih belum banyak yang tahu. Alhasil, ada potensi pasar besar meski di awal produksi, mereka harus menggencarkan promosi. Itu juga alasannya di awal usahanya ini, mereka belum memproduksi terlalu banyak.

Tapi, Syaiful yakin, dalam waktu dekat, produknya bakal dikenal luas. Sebab, para kontraktor dan pengembang properti mulai mencari alternatif bata ringan yang lebih murah dari produk merek terkenal.

Biasanya, produk ini lebih banyak dikenal di kota besar. Jika ingin memulai usaha di kota kecil, sebaiknya Anda melakukan survei pasar dulu. Selamat mencetak bata.
IPTEK VOICE : INOVASI DAN APLIKASI BETON PRACETAK MENJAWAB KEBUTUHAN PASAR
Print PDF Facebook Twitter Email
Teknologi beton pracetak menggantikan operasi pembetonan tradisional karena beberapa potensi manfaatnya, antara lain terkait dengan waktu, biaya, kualitas, predictability, keandalan, produktivitas, kesehatan, keselamatan, lingkungan, koordinasi, inovasi, reusability serta relocatability (Gibb, 1999).
Siaran IPTEK VOICE hari Kamis, 10 Juli 2008 pukul 16.30-17.00 WIB mengulas topik “Inovasi dan Aplikasi Beton Pracetak Menjawab Permintaan Pasar” dengan narasumber Widijanto RMA, ing.arch sebagai Deputy Director PT Duta Sarana Perkasa.

“Beton Pracetak diambil dari kata pra (sebelum) itu adalah beton yang kita cetak di pabrik atau di lokasi lain, dan dibawa ke tempat dimana dia dipasang lalu di sambung atau di-joint agar didapat suatu bentuk seperti apa yang kita inginkan dan juga memenuhi persyaratan dan memenuhi keinginan dari perencananya penggunannya,” jelas Widi. “Beton biasanya terdiri dari bahan baku semen, pasir, batu-batuan atau kita sebut split, ini yang disebut screening dan sekarang ada beberapa tipe ukuran kemudian dicampur dengan air lalu diaduk kemudian langkah selanjutnya dicor atau dituang ke dalam suatu bentuk yang diinginkan, misalnya tiang, balok dan lain sebagainya,” tegas Widi.

“Kalau di bagunan tentunya dipecah-pecah menjadi komponen, ada yang untuk kolom, untuk penunjang ada yang untuk balok juga penopang dari suatu konstruksi, untuk lantai, untuk dinding dan belakangan yang sangat banyak dipakai adalah untuk dinding kulit luar dari suatu bangunan,” jelas Widi. “Untuk ukuran, kami akan berusaha sebaik mungkin untuk mengikuti keinginan konsumen atau perencana, karena kalau tidak dia tentunya akan beralih untuk mencari material lain yang lebih cocok dengan keinginannya, tapi kita juga punya keterbatasan artinya ukuran itu tidak bisa sebesar-besarnya sehingga tidak bisa ditransportasi atau diangkut di jalan raya karena membahayakan keselamatan oleh ukurannya yang terlalu besar, terlalu lebar dan terlalu panjang,” terang Widi”

”Untuk ketahanannya terhadap faktor alam nantinya akan dihitung jadi ada beberapa faktor, kebetulan beberapa waktu terakhir ini perhitungan untuk keselamatan pada waktu gempa ditingkatkan, khususnya di Jabotabek jadi ada faktor-faktor yang dinaikan, namun yang kami introduksi sekarang adalah yang kami sebut M-System ini karena jaringan tapi tulangannya berkesinambungan antara lantai dengan dinding kemudian antara dinding dengan atap, jadi pembuatan atapnya dengan bahan yang sama, tulangannya menyeluruh dan hal itu membuatnya sangat tahan terhadap gempa, pada tes yang diadakan dan kebetulan tes yang dilakukan di luar tapi kita akan membuat tes lokal atau dalam negeri, dikatakan bahwa ini sudah dites dan aman sampai dengan 8 skala richter,” terang Widi.

Sahabat Iptek...simak terus informasi Iptek yang menarik dan berguna lainnya dari narasumber pakar dibidangnya pada siaran radio IPTEK VOICE langsung dari studio mini Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Gedung BPPT II lt.8, Jl. M.H.Thamrin 8, Jakarta setiap hari Selasa pukul 08.30-09.00 WIB dan Kamis pukul 16.30-17.00 WIB di RRI Pro2 FM Jakarta (105.0 FM).

IPTEK VOICE "The Sound of Science". (ap-mi/adpdki)