Kamis, 26 Januari 2017

EMPAT INVESTOR BARU AKAN INVESTASI US$ 3 MILIAR



Indonesia Incaran Perusahaan Semen Asia

Di tengah menurunnya pertumbuhan ekonomi kawasan Asia, Indonesia yang memiliki pasar semen besar dan prospektif menjadi incaran perusahaan-perusahaan negara tetangga seperti Thailand dan RRT. Ruang pertumbuhan penjualan semen masih besar, karena konsumsi semen dalam negeri baru 241 kg per kapita per tahun, jauh di bawah rata-rata negara Asean yang lain sebesar 400 kg. Apalagi, pemerintahan Joko Widodo kini gencar membangun infrastruktur yang membutuhkan banyak semen.
Selama ini, kebutuhan konsumsi yang meningkat dapat dipenuhi dari hasil produksi pabrik semen dalam negeri, bahkan sekitar 10 tahun terakhir kita bisa melakukan ekspor berkisar 0,21 juta-7,7 juta ton per tahun. Namun demikian, harga semen Indonesia masih terbilang tinggi. Potensi keuntungan yang masih tebal tersebut plus telah diberlakukannya pasar bebas Asean maupun Asean-Tiongkok membuat perusahaan semen dari Thailand maupun RTT masuk ke Indonesia. Apalagi, pasar mereka lesu seiring surutnya pertumbuhan ekonomi negaranya, padahal kelebihan pasokan semennya tidak bisa diekspor terlalu jauh seperti ke Amerika dan Eropa.

Menyusul perusahaan semen Thailand yang terus berekspansi di Indonesia, kini masuk CNBM dari Tiongkok dan Lucky Cement Taiwan yang berpatungan dengan perusahaan Indonesia, Fajar Semen Barru. Selain itu, ada Ultratech asal India yang tergiur masuk industri semen nasional yang berprospek cerah ini. Tak ketinggalan dari dalam negeri, Medco Group juga berencana masuk industri semen. Empat perusahaan semen baru itu berencana membangun pabrik dengan total kapasitas terpasang 12,1 juta ton per tahun, yang total investasinya diperkirakan US$ 1,4 miliar-3 miliar.

Masuknya pemain semen baru membuat kompetisi di pasar semen nasional kian sengit. Sebab, beberapa pemain baru berani membanting harga jual untuk merebut hati konsumen. Keadaan ini memaksa pemain besar menurunkan harga jual untuk menyelamatkan pangsa pasar.
Demikian rangkuman keterangan Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso, Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk (SI) Agung Wiharto, analis Trimegah Securities Jennifer Yapply, serta analis Ciptadana Securities Andre Susanto. Mereka memberikan keterangan secara terpisah di Jakarta belum lama ini.

Di tengah kondisi pelemahan pertumbuhan ekonomi Asia, Widodo Santoso mengatakan, pasar semen Indonesia masih tumbuh. Penjualan semen domestik tahun ini diperkirakan naik 4-5% menjadi 63 juta ton, dari 2015 sebanyak 60 juta ton. Katalis pertumbuhan penjualan semen adalah maraknya proyek infrastruktur pemerintah dan proyek-proyek strategis pemerintah maupun swasta, seperti pembangkit listrik, smelter, serta pabrik pupuk dan kertas.

"Meski demikian, pemerintah perlu memproteksi pasar semen domestik dari serbuan produk impor. Sebab, kapasitas terpasang industri semen nasional saat ini sudah sangat besar. Awal tahun ini, sebanyak empat pabrik baru semen berkapasitas 14 juta ton per tahun beroperasi," kata Widodo Santoso.

Widodo pun berharap, program pembangunan infrastruktur bisa berjalan lancar, baik dari sisi realisasi anggaran pemerintah maupun anggaran investor BUMN. Dengan demikian, produksi semen di dalam negeri bisa diserap dengan baik, mengingat produsen semen telah menggelontorkan triliunan rupiah untuk pembangunan pabriknya.

Agung mengatakan, permintaan semen nasional diperkirakan tumbuh 4-5% pada 2016. Seiring dengan itu, pihaknya berharap mampu menaikkan produksi hingga 4-5% dibanding tahun lalu.
"Kami akan mencoba mempertahankan pangsa pasar sebanyak 42-44%. Target kami tidak muluk-muluk, karena pemain di sektor ini juga semakin banyak," ujar dia.

Agung menambahkan, pihaknya tidak bisa mencegah masuknya investor-investor baru di industri semen dalam negeri, karena sektor ini memang terbuka untuk asing. "Untuk menghadapi hal itu, kami akan terus meningkatkan produktivitas, infrastruktur, dan efisiensi. Kami mengupayakan kualitas semakin baik dan harga bisa semakin ditekan, sehingga mampu menaikkan daya saing produk kami di pasar," ujar dia.

Mesin Tiongkok Murah

Sementara itu, berdasarkan data Trimegah, Ultratech asal India berencana membangun pabrik semen di Wonogiri, Jawa Tengah, dengan kapasitas 4 juta ton per tahun. CNBM akan membangun pabrik di Grobogan, Jawa Tengah, dengan kapasitas 2,3 juta ton per tahun. Perusahaan dari Tiongkok tersebut menggunakan merek dagang Semen Grobogan.

Medco Group juga berniat membangun pabrik semen di Gombong, Jawa Tengah, berkapasitas 2,5 juta ton per tahun. Kelompok usaha milik keluarga Arifin Panigoro ini mengusung merek dagang Semen Gombong. Adapun Fajar Semen Barru and Lucky bakal membangun pabrik berkapasitas 3,3 juta ton per tahun di Barru, Sulawesi Selatan, dengan merek dagang Semen Barru.

Agung Wiharto menyatakan, investasi untuk membangun pabrik semen baru sangat besar. Apalagi, jika pabrik membutuhkan infrastruktur pendukung, seperti pembangkit listrik dan pelabuhan.
"Investasi ini juga tergantung dari kondisi lahan yang perlu dibebaskan atau yang sudah dimiliki perusahaan, serta mesin-mesin yang digunakan. Kalau menggunakan mesin-mesin dari Tiongkok, mungkin investasi bisa lebih ditekan," ujar dia kepada Investor Daily.

Agung mengungkapkan, pembangunan pabrik semen membutuhkan waktu cukup lama. Sebagai gambaran, untuk membangun pabrik dengan kapasitas 3 juta ton per tahun, dibutuhkan waktu 33 bulan di lahan green field, dari mulai groundbreaking hingga beroperasi.

Agung menambahkan, SI juga tengah menyelesaikan pembangunan pabrik di Rembang dan Padang. Pabrik di Rembang membutuhkan investasi sekitar Rp 5 triliun dan di Padang Rp 4-4,5 triliun. Kedua pabrik yang berkapasitas masing-masing 3 juta ton ini diharapkan siap berproduksi Oktober 2016.
"Meski sudah mulai berproduksi akhir tahun ini, kami perkirakan baru bisa beroperasi 'penuh' dengan utilisasi 90% pada 2017," ujar dia.

SI juga berencana membangun pabrik semen di Aceh berkapasitas 3 juta ton per tahun, dengan investasi Rp 5 triliun. Perseroan telah membentuk perusahaan patungan dengan PT Samana Citra Agung, yang bernama PT Semen Indonesia Aceh. Proyek tersebut dibangun di lahan seluas 1.500 hektare (ha) di Kecamatan Batee dan Muara Tiga, Kabupaten Pidie.

Harga Turun

Jennifer Yapply menyatakan, tahun ini, lima pemain baru di industri semen mulai masuk pasar. Pertama adalah Anhui asal Tiongkok yang menjual semen merek Conch. Perusahaan ini memiliki pabrik berkapasitas 1,55 juta ton per tahun di Tabalong, Kalimantan Selatan. Kedua, Pan Asia dengan merek dagang Semen Bima yang memiliki pabrik di Ajibarang, Jawa Tengah, berkapasitas 2 juta ton per tahun.

Ketiga, Siam Cement asal Thailand, dengan merek dagang Semen Jawa. Kapasitas pabrik Siam Cement yang berada di Sukabumi, Jawa Barat, itu mencapai 1,9 juta ton per tahun. Keempat, Cemindo Gemilang dengan merek dagang Semen Merah Putih. Pabrik Cemindo berada di Banten dengan kapasitas 4 juta ton per tahun. Kelima, Jui Shin Indonesia dengan merek dagang Semen Garuda. Pabrik ini berada di Karawang dengan kapasitas produksi 2 juta ton per tahun.

Dia mencatat, para pemain semen baru berani mendiskon harga 5% dari harga produk tiga pemain besar, yakni Semen Indonesia, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (Semen Tiga Roda), dan PT Holcim Indonesia Tbk untuk area Jakarta. Bahkan, diskon mencapai 8-9% untuk satu sak semen ukuran 40 kg.

Anhui bahkan memberikan diskon 10% untuk wilayah Kalimantan Selatan. Berkat langkah itu, Anhui berhasil merebut pangsa pasar signifikan dari Indocement.
“Dari kasus yang terjadi di Kalsel, permintaan semen merek baru cukup kuat, kendati kesadaran masyarakat akan merek tersebut masih rendah. Selain itu, ketersediaan semen baru cukup baik,” kata dia.

Andre Susanto menilai, persaingan di industri semen bakal semakin keras, seiring kenaikan kapasitas terpasang industri semen. Tahun ini, dia mencatat, kapasitas produksi maksimal industri semen naik 19,6% menembus 100 juta ton. Adapun penjualan semen ditaksir hanya mencapai 66,4 juta ton, naik 10% dari tahun lalu sebanyak 60,4 juta ton.

“Produsen semen yang telah menaikkan kapasitas pabrik akan agresif menggenjot pangsa pasar agar utilisasi pabrik terjaga. Semua cara dilakukan, termasuk membanting harga jual yang dapat menggerus margin,” tulis Ciptadana.

Persaingan yang makin keras di wilayah Jawa menyebabkan, pada kuartal I-2016, pangsa pasar SI turun ke level 41,1% dari periode sama tahun lalu sebesar 43,7%, sedangkan Indocement turun dari 28% menjadi 27,3%. Seiring dengan itu, Danareksa Sekuritas memperkirakan, laba bersih SI turun 12% menjadi Rp 1 triliun kuartal I-2016, karena penurunan harga jual 0,4% dan volume penjualan terpangkas 2% menjadi 5,9 juta ton. Sementara itu, Holcim mampu mendongkrak pangsa pasar ke level 14,2% dari 13,4%, karena menggeser fokus pemasaran dari Jawa ke luar Jawa, seperti Sumatera.

Widodo mengatakan, untuk menyiasati ketatnya persaingan di dalam negeri, produsen semen melakukan sejumlah langkah strategis, salah satunya adalah dengan menggenjot ekspor. “Ekspor rencananya ditujukan ke negara-negara di Afrika, Sri Lanka, Bangladesh, Timur Tengah, Australia, Filipina, Papua Nugini, dan Timor Leste,” ujar dia.

Tahun lalu, ekspor semen mencapai 1 juta ton, naik 280% dari tahun sebelumnya 265,16 ribu ton. Sebanyak 561,76 ribu ton ekspor dalam bentuk semen dan sisanya 445,74 ribu ton berupa kerak semen (klinker).








PROSPEK INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA

55a7cf9c71f1c9c495413f934dd1a158

Dalam data statistik Asosiasi Semen Indonesia (ASI) pertumbuhan konsumsi semen di Indonesia menunjukkan trend kenaikan yang positif, rata-rata pertahun mencapai angka 8.4 % dalam kurun waktu 2010-2015. Namun angka tersebut masih di bawah kapasitas produksi semen nasional. Berdasarkan data Sistem Informasi Investasi dan Pasar Infrastruktur (SIIPI) kurun waktu 2010-2015 menunjukkan peningkatan. Untuk tahun 2015 saja kapasitas produksi mencapai 75,3 juta ton.

Jika dihitung berdasarkan konsumsi perkapita, konsumsi semen di Indonesia tergolong masih rendah baru diangka 300 kilogram perkapita. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi semen di Malaysia yang mencapai lebih dari 600 kilogram per kapita. Hal tersebut menunjukkan pembangunan infrastruktur masih terbelakang. Positifnya, program pemerintah dalam percepatan pembangunan infrastruktur akan terus berkembang guna menciptakan iklim investasi yang baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

untitled21

Dalam upaya tersebut, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, mendukung penuh dengan merealisasikan melalui Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Salah satunya terlihat dalam alokasi APBN untuk pembangunan infrastrukutur mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, untuk tahun 2016 dananya mencapai lebih dari 300 triliun rupiah. Kenaikan tajam terlihat antara tahun 2014 hingga 2015 yang disebabkan oleh realokasi dana subsidi energi dialihkan untuk pembangunan infrastruktur. Ini tentu akan berimbas pada permintaan semen nasional yang meningkat. ASI memprediksikan konsumsi semen nasional akan menyentuh angka 85-90 juta ton pada tahun 2017.


Untitled5.jpg

Beberapa program pemerintah yang akan mendukung industri semen nasional diantaranya peluncuran program satu juta rumah pada April 2015, yang merupakan program pemerintah untuk memberikan fasilitas rumah yang memadai bagi warga berpenghasilan rendah dimana setengah alokasi pembangunannya menggunakan anggaran negara. Program pembangunan pedesaan senilai Rp 47 triliun yang mulai dilaksanakan tahun ini. Program lainnya pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW hingga 2019. Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Hal ini tentu akan berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan menginisiasi berkembangnya pembangunan infrastruktur di luar Jawa. Yang hingga saat ini Pulau Jawa masih menjadi konsumen utama konsumsi semen nasional yang mencapai lebih dari setengah total konsumsi semen di Indonesia, diikuti oleh Sumatera.

Tren tersebut mendorong produsen semen nasional berlomba-lomba melakukan ekspansi dengan mengeluarkan investasi triliunan rupiah. Produsen semen nasional didominasi oleh tiga perusahaan besar yaitu, PT Semen Indonesia, PT Indocement Tunggal Prakarsa dan PT Holcim Indonesia. Diikuti PT Semen Andalas, Semen Baturaja dan Bosowa Group. Indonesia (sebelumnya dikenal sebagai Semen Gresik). PT Semen Indonesia menguasai sekitar 43 persen dari penjualan pasar domestik. Diikuti oleh Indocement Tunggal Prakarsa yang mengambil lebih dari 30 persen pasar. Di tempat ketiga, dengan pangsa pasar sekitar 15 persen dikuasai oleh Holcim Indonesia, yang merupakan bagian dari Swiss Holcim Group, salah satu produsen semen terbesar di seluruh dunia. Pangsa lainnya diambil oleh pemain kecil termasuk Bosowa Corporation dan Semen Baturaja.

Masuknya perusahaan-perusahaan asing dari eropa ditambah dalam beberapa tahun terakhir dari Thailand dan Tiongkok, membuat kompetisi di pasar semen nasional kian sengit. Menguatnya isulingkungan di negara-negara eropa, pelemahan ekonomi di Tiongkok dan masih rendahnya konsumsi semen negara-negara berkembang, jadi faktor utama dan membuat Indonesia menjadi sasaran empuk ekspansi perusahaan-perusahan semen asing.

Tahun 2016 ini saja Indonesia kedatangan lima pendatang baru dalam industri semen yaitu Anhui Keong (Tiongkok) beroperasi di Kalimantan Selatan yang memiliki kapasitas produksi tahunan 1.55 juta ton pertahun; kedua, Pan Asia (Pakistan) dengan merek Semen Bima yang diproduksi di Banyumas Jawa Tengah dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 2 juta ton; ketiga, Siam Cement merupakan unit produsen semen terbesar di Thailand yang pabriknya beroperasi di Sukabumi (Jawa Barat), memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 1,9 juta ton semen pertahun; keempat, Cemindo Gemilang dengan pabrik di Banten memiliki kapasitas produksi sebesar 4 juta ton pertahun; dan kelima, Jui Shin Indonesia dengan pabrik di Karawang (Jawa Barat) yang memiliki kapasitas produksi tahunan 2 juta ton dengan merek dagang Semen Garuda.

Tahun 2015 produksi semen nasional mencapai 75.3 juta ton sementara konsumsi nasional baru menyentuh angka 62 juta ton. Data tersebut menunjukkan kapasita produksi semen nasional mengalami kelebihan dibanding permintaan domestik. Jika melihat kelebihan kapasitas yang ada sekarang, sebetulnya menjadi peluang bagi Indonesia untuk merambah pangsa pasar ekspor yang saat ini tidak signifikan. Ekspor semen Indonesia mengalami naik turun rentang tahun 2010-2015. Tahun lalu, ekspor semen mencapai 1 juta ton, naik 280% dari tahun sebelumnya 265,16 ribu ton. Sebanyak 561,76 ribu ton ekspor dalam bentuk semen dan sisanya 445,74 ribu ton berupa kerak semen. Beberapa negara yang mempunyai peluang sebagai target pasar ekspor semen Indonesia diantaranya Bangladesh, Afrika, Australia, Filipina dan Timur Tengah.

Pemerintah perlu menyikapi dengan membuat kebijakan pembatasan investasi asing dalam industri semen di Indonesia. Kedatangan perusahaan asing hanya akan mengakibatkan kelebihan pasokan lebih besar yang berimbas pada penurunan harga jual dan profitabilitas terbatas dan membuat semakin sengitnya perebutan pangsa pasar semen domestik.

 BBMD

Industri Semen Bisa Tumbuh 12%

Industri semen nasional berpeluang tumbuh 12% pada tahun ini seiring dengan meningkatnya konsumsi domestik yang diprediksi mencapai 54 juta ton.

Geliat pembangunan infrastruktur dan properti, serta peningkatan belanja pemerintah diyakini menjadi motor pertumbuhan industri semen di dalam negeri.

"Menurut estimasi saya, pertumbuhan industri semen tahun ini minimal 12%. Apabila tahun lalu konsumsi semen 48 juta ton, dengan pertumbuhan 12% berarti konsumsi akan meningkat 5,6 juta ton menjadi sekitar 54 juta ton pada tahun ini," kata Ketua Asosiasi Industri Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso di sela-sela Comtech Asia 2012 Conference, Senin (18/6).

Dalam 5 bulan pertama tahun ini, ungkapnya, konsumsi semen nasional tumbuh sekitar 16% dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama 2011, dengan pertumbuhan tertinggi di Pulau Jawa yakni 15%.

Apabila memperhitungkan aktivitas pembangunan pada Juni, tuturnya, pertumbuhan konsumsi semen pada semester I/2012 diperkirakan 14%-16%. "Porsi konsumsi semen pada semester I biasanya 48%-49% [dari total konsumsi setahun], sedangkan semester II antara 51%-52%. Hanya saja pada semester II ada bulan Ramadan dan libur panjang," ujarnya.

Dengan mulai berproduksinya sejumlah pabrik semen baru pada tahun ini, Widodo optimistis tidak akan terjadi kekurangan pasokan semen di dalam negeri. Produsen semen lokal dipastikan tidak akan mengekspor semen sebelum kebutuhan dalam negeri aman.

"Karena memang profit di dalam negeri pasti lebih bagus daripada ekspor karena biaya transportasinya kan mahal. Bukan berarti harga semen di luar negeri murah, sama saja, tetapi kalau ditambah dengan biaya transportasi menjadi lebih besar," jelasnya.

Meski demikian, lanjut Widodo, impor bahan baku semen atau klinker masih diperlukan pada tahun ini. "Seperti di Aceh, PT Lafarge Cement Indonesia masih mengimpor klinker sekitar 30%," katanya.

Geser Permintaan

Panggah Susanto, Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian, menuturkan pelaksanaan program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang dirancang pemerintah untuk periode 2011-2025, akan menggeser permintaan semen yang cukup besar ke luar Jawa.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, kinerja industri semen harus didorong guna menjamin ketersediaan pasokan semen di dalam negeri, terutama di luar Jawa.

"Pemerintah akan memberikan dukungan terhadap investasi di industri semen dan menyediakan insentif untuk kegiatan konstruksi di sejumlah area, terutama di kawasan timur Indonesia," tuturnya.

Menurut Panggah, saat ini terdapat sembilan produsen semen dengan total kapasitas produksi mencapai 60 juta ton per tahun. Dengan kapasitas sebesar itu, kebutuhan semen domestik diyakini dapat dipenuhi, bahkan sisanya dimungkinkan untuk diekspor.

Perusahaan semen pemerintah, seperti PT Semen Gresik dan PT Semen Baturaja, tuturnya, merupakan produsen mayoritas dengan total penguasaan pasar 44%. Adapun PT Indocement Tunggal Prakarsa menguasai 31% pasar domestik.


Bisnis Indonesia

Tren Perkembangan Semen di Indonesia


Hingga 2017, Investasi Semen Rp 65,03 Triliun


JAKARTA - Sebanyak 12 investor siap menggelontorkan dana sekitar US$ 6,68 miliar (Rp 65,03 triliun) untuk membangun pabrik semen di Indonesia pada 2013-2017. Investasi tersebut akan melambungkan kapasitas produksi semen di Tanah Air menjadi 108,77 juta ton, atau bertambah 48,3 juta ton dari akhir 2012 sebanyak 60,47 juta ton.
Investor yang telah memiliki pabrik semen di Tanah Air akan menambah kapasitas produksinya 35,3 juta ton, dengan nilai investasi US$ 4,83 miliar (Rp 47,03 triliun). Mereka antara lain adalah BUMN PT Semen Indonesia Tbk, yang menjadi induk usaha PT Semen Gresik, PT Semen Padang, dan PT Semen Tonasa.

Investor lainnya adalah Lafarge Cement Indonesia, PT Semen Baturaja (Persero), PT Indocement TP Tbk, PT Holcim Indonesia Tbk, serta PT Semen Bosowa. Pendatang baru akan membangun pabrik semen dengan total kapasitas 13 juta ton dan bernilai investasi sekitar US$ 1,85 miliar (Rp 18 triliun).
Investor ini terdiri atas China Triumph, Anhui Cement, dan State Development and Investment Cooperation (SDIC) asal Tiongkok, Siam Cement dari Thailand, PT Jhui Shin Indonesia dari Taiwan atau Semen Karawang, serta Wilmar (Semen Merah Putih).

Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto mengatakan, investor meningkatkan investasi di industri semen di Tanah Air karena pertumbuhan permintaan di atas 10% per tahun dalam tiga tahun terakhir. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sekitar 6% per tahun.

"Tren pertumbuhan ini diyakini terus terjadi dalam beberapa tahun ke depan, setidaknya hingga 2017-2018," ujar Panggah kepada Investor Daily di Jakarta, pekan lalu.
Menurut dia, tahun 2010, kebutuhan semen nasional mencapai 40,77 juta ton dengan produksi di dalam negeri 40,72 juta ton. Permintaan tahun 2011 naik menjadi 47,99 juta ton, dengan produksi nasional hanya 45,43 juta ton.

Tahun 2012 kebutuhan sebesar 55,16 juta ton dan produksi di dalam negeri masih 54,96 juta ton.
Sementara itu, kapasitas produksi industri pada 2010 sebanyak 53,01 juta ton. Namun, tahun 2011 turun menjadi 52,94 juta ton dan naik kembali menjadi 60,47 juta ton pada 2012.

Kaya Bahan Baku
 
Indonesia menjadi tujuan investasi semen yang menarik baik pemain domestik maupun asing, karena memiliki kekayaan batu kapur dan tanah liat yang melimpah, sebagai bahan baku utama semen. Selain itu, batubara untuk pasokan energi yang murah mudah didapatkan.
Permintaan semen yang terus meningkat di Tanah Air juga ditunjang pertumbuhan properti, serta program pembangunan infrastruktur yang terus didorong pemerintah hingga beberapa tahun ke depan. Proyek pemerintah membutuhkan banyak pasokan semen dan akan naik terus setiap tahunnya, terutama dengan adanya program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B), serta Pembangunan Rumah Rakyat dan Seribu Tower oleh Kemenpera.
"Jumlah penduduk dengan pendapatan yang semakin meningkat akan mendorong pertumbuhan permintaan semen untuk perumahan dan masifnya pembangunan perumahan oleh pengembang," imbuh Panggah.

Pada 2017, konsumsi semen di Tanah Air diproyeksikan mencapai 84,96 juta ton, naik dari tahun 2012 yang masih sekitar 54,96 juta ton. Untuk itu, Indonesia harus menggiatkan investasi semen agar bisa memenuhi permintaan yang terus naik di dalam negeri. Jika tidak, kebutuhan yang terus meningkat akan ?diisi? semen impor dari Vietnam, Thailand, dan Malaysia yang telah kelebihan produksi.

Seiring maraknya investasi pabrik semen, lanjut dia, Kemenperin membuat kebijakan yang mendorong peningkatan kualitas produk dengan wajib Standar Nasional Indonesia (SNI). Kementerian juga mengusulkan pemberian insentif potongan pajak (tax allowance) untuk investasi di luar Jawa.

Namun, sesuai Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011, industri semen juga diwajibkan menurunkan efek gas rumah kaca, melalui penerapan teknologi pengurangan CO2.
Investasi BUMN
Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Agung Wiharto menuturkan, pihaknya optimistis meningkatkan kapasitas produksi pabrik semen menjadi 35,3 juta ton pada 2017, bertambah 12,8 juta ton dibandingkan 2012 yang masih 22,5 juta ton. BMUN ini akan membutuhkan dana investasi sekitar US$ 1,5 miliar (Rp 14,59 triliun), yang akan dibiayai dari dana internal 50-55% dan sisanya dari pinjaman.
Saat ini, BUMN Semen Indonesia menjadi induk usaha dari Semen Gresik yang memiliki kapasitas produksi 11,4 juta ton per tahun, Semen Padang 6,4 juta ton per tahun, serta Semen Tonasa 4,7 juta ton setahun.
Agung yakin, pertumbuhan permintaan semen di Tanah Air masih mencapai 8-10% per tahun hingga akhir 2017.
Angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan sebelum 2010, ketika permintaan hanya tumbuh 5-6% per tahun.
"Yang jelas, ke depan, pertumbuhan permintaan tetap di atas pertumbuhan ekonomi nasional," katanya.
Dari konsumsi semen nasional 2012 sekitar 54,96 juta ton, sebanyak 80% produk semen dijual dalam kemasan (bag), yang diserap 50-55% oleh konsumen ritel dan sisanya oleh korporasi.
Sedangkan produk curah (bulk) hanya sekitar 20%, yang banyak diserap oleh korporasi untuk membangun infrastruktur, perkantoran, mal, apartemen, dan perumahan tapak.
Permintaan semen nasional akan terus naik signifikan jika proyek-proyek MP3EI pemerintah terus berjalan sesuai jadwal. Data yang dirangkum Semen Indonesia menyebutkan, pada 2012-2017, pemerintah memprogramkan pembangunan jalan biasa, jalan raya, pelabuhan, dan bandara dengan total investasi Rp 744 triliun. Proyek tersebar di koridor Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, serta Papua-Maluku.
CEO PT Semen Bosowa Mulyanto Broto optimistis dengan prospek pasar semen nasional, terutama di Indonesia bagian timur yang terus mengejar ketertinggalan dari wilayah barat. Semen Bosowa lebih membidik pasar semen Indonesia bagian timur, tanpa melupakan ekspansi ke wilayah lain di bagian barat.

Perseroan akan meningkatkan kapasitas produksi pabrik menjadi 12 juta ton per tahun pada 2015-2017, dibandingkan tahun 2012 sebesar 3,5 juta ton. Saat ini, Bosowa memproduksi semen di pabrik Maros (Sulawesi Selatan) sebanyak 2,3 juta ton dan Batam (Kepulauan Riau) 1,2 juta ton.
Perseroan tengah dan akan menginvestasikan dana total sekitar US$ 1,02 miliar (Rp 9,92 triliun), untuk menambah kapasitas produksi pabrik semen sebanyak 8,5 juta ton. Skema pembiayaannya, sebanyak 30% dari dana internal dan sisanya dari perbankan.

Pabrik lama di Maros ditambah kapasitasnya 2 juta ton. Sedangkan pabrik baru yang dibangun antara lain di Banyuwangi berkapasitas 1,5 juta ton, Sorong 0,7 juta ton, Amurang 1,2 juta ton, serta Cilegon 1,8 juta ton per tahun.

"Kami akan terus mengembangkan industri semen sebagai lini bisnis utama, karena permintaan di dalam negeri masih besar dan terus berkembang," katanya.
Perkembangan pasar semen masih sangat prospektif, di tengah jumlah penduduk yang mencapai 240 juta namun konsumsi per kapita semen baru 200 kg per tahun. Sekitar 40% semen nasional juga masih diserap di pulau Jawa, sedangkan penyerapan di luar Jawa masih rendah.

Konsumsi semen di Indonesia per kapita per tahun lebih rendah dibandingkan negara tetangga. Konsumsi di Vietnam mencapai 600 kg, Brunei 500 kg, Malaysia 360 kg, Thailand 450 kg, Singapura 800 kg, Tiongkok 1,1 ton, serta Amerika Serikat sekitar 600 kg.



sumber : Investor Daily