Oleh: Ir. Widodo Santoso
Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Inspirasi Bangsa —
Semen merupakan salah satu Industri strategis
yang diproduksi di Indonesia, karena semen merupakan faktor penting
dalam pembangunan dan perekonomian.
Kita memproyeksikan, kapasitas produksi semen nasional akan mencapai
80 juta ton pada 2016 dari sembilan produsen semen di Indonesia, atau
meningkat dibanding akhir 2013 yang diperkirakan sebanyak 58,270 juta
ton.
Ekspansi sejumlah produsen semen di Indonesia menjadi pemicu kenaikan
kapasitas tersebut. Kapasitas semen dalam negeri pada 2016 akan
mencapai 79,220 juta ton. Angka tersebut dihasilkan dari sembilan
perusahaan yang sudah lama di Indonesia.
Target tersebut didapat melalui data peningkatan hasil sembilan
perusahaan semen di Indonesia. Semen Padang yang menghasilkan 6,5 juta
ton pada 2013 dan diperkirakan akan menghasilkan 8,160 juta ton pada
2014 dan 9,250 juta ton pada 2015 dan 2016. Selain Semen padang, delapan
perusahaan semen lainnya adalah Lafarge, Baturaja, Indocement, Holcim,
Semen Indonesia, Merah Putih, Tonasa, Bososwa, dan Kupang.
Untuk Lafarge diperkirakan akan memiliki kepasitas 1,6 juta ton pada
2013 dan 3,2 juta ton pada periode 2014 hingga 2016. Semen Baturaja
menghasilkan 1,5 juta ton pada 2013 dan meningkat menjadi 2,6 juta ton
di 2014, sedangkan 2015 dan 2016 menghasilkan semen sebesar 2,7 juta
ton.
Sedangkan tingkat konsumsi semen di dalam negeri selama sembilan
bulan pertama pada 2013 hanya 41,5 juta ton, tumbuh 5,3% ketimbang
periode yang sama tahun lalu. Sebagai perbandingan, selama Januari
sampai September 2012, penjualan semen nasional mampu tumbuh 15%. Kala
itu, penjualan semen pada periode tersebut mencapai 39,4 juta ton.
Terjadi perlambatan pertumbuhan, tren pelambatan pertumbuhan penjualan
semen sampai kuartal III 2013 ini tak lepas dari volume konsumsi yang
sudah lumayan tinggi pada tahun lalu. Sehingga tahun 2013 angka
pembandingnya juga cukup tinggi.
Untuk diketahui pada 2012, tren penjualan semen melonjak tinggi
lantaran pertumbuhan permintaan baik ritel maupun untuk proyek besar
jauh lebih tinggi ketimbang tahun 2011. Meski begitu, secara volume,
permintaan semen tetap tumbuh dari tahun ke tahun.
Kenaikan permintaan semen, terutama menjelang akhir tahun akan lebih
banyak yang berasal dari proyek-proyek besar milik pemerintah. Sebagian
besar masih dalam bentuk semen kemasan. Sementara itu, jika dilihat
dari peta penyebarannya, selama sembilan bulan pertama tahun ini,
pertumbuhan penjualan semen tertinggi di pasar domestik terjadi di
kepulauan Nusa Tenggara. Untuk aspek penjualan semen di wilayah ini
selama Januari hingga September tumbuh 8,6% menjadi 2,4 juta ton.
Sedangkan penjualan semen di Jawa dan Kalimantan masing-masing hanya
tumbuh 7,1% sepanjang Januari – September 2013. Selama sembilan bulan
pertama tahun ini, penjualan semen di Jawa mencapai 23,3 juta ton.
Sedangkan di Kalimantan, konsumsinya mencapai 3,1 juta ton.
Tapi pertumbuhan penjualan semen di beberapa daerah masih jauh di bawah
rata-rata nasional yang mencapai 7%. Antara lain di Sulawesi yang naik
3,3% dan Sumatra yang cuma tumbuh 1%. Bahkan, permintaan semen di Maluku
dan Papua justru minus 1,5%.
Meski pasar semen dalam negeri melambat, namun produsen semen milik
BUMN, seperti PT Semen Indonesia Tbk masih mampu mencatatkan pertumbuhan
penjualan 14,3% sejak awal tahun hingga kuartal III-2013. Namun begitu,
secara nasional penjualan semen di Indonesia mengalami kenaikan.
Sepanjang Januari hingga September 2013, penjualan Semen di pasar
domestik mencapai 18,2 juta ton. Angka penjualan ini tumbuh 14,46% dari
periode yang sama tahun 2012 yang sebanyak 15,9 juta ton.
Pulau Jawa
Jangan takjub bila Pulau Jawa menjadi pasar semen paling besar
di Indonesia. Alasannya, di pulau ini, sentra-sentra industri dan
pembangunan berada yang mana membutuhkan konsumsi semen yang lebih
tinggi dibanding dengan wilayah lain di Indonesia.
Sebanyak 55 persen kebutuhan semen di Indonesia berada di pulau Jawa
dengan konsumsi 29 juta ton per tahun. Hal lainnya adalah faktor
populasi kelas menengah di Pulau Jawa yang menengah yang juga mendorong
pertumbuhan tingkat kebutuhan semen. Pulau Jawa merupakan pulau
terpadat penduduknya dengan jumlah sekitar 150 juta jiwa. Kelas
menengahnya pun terus meningkat dan ini memengaruhi tingkat konsumsi
semen. Hal ini terkait dengan kebutuhan perumahan dan sebagainya. Tidak
disangkal bila pertumbuhan semen ini seiring dengan pertumbuhan properti
di Indonesia.
Peringkat dua dalam konsumsi semen ada di pulau Sumatera dengan
pangsa pasar sekitar 23 persen, disusul Sulawesi dan Kalimantan sebesar
tujuh persen. Sementara itu, bila dilihat dari tingkat konsumsi semen
per kapita di wilayah Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan ke-enam
dengan konsumsi per kapita sebesar 218 kilogram.
Berdasar data tahun 2012, Singapura menempati peringkat pertama dalam
konsumsi semen per kapita 6.284 kilogram, disusul Brunei sebesar 1.213
kilogram, Malaysia sebesar 640 kilogram, Vietnam 509 kilogram, dan
Thailand sebesar 434 kilogram. Singapura terbilang besar karena faktor
pembaginya sangat kecil. Berbeda bila dibandingkan dengan Indonesia yang
jumlah penduduknya paling besar.
Namun bila dilihat dari total kebutuhan semen per tahunnya, Indonesia
mencapai 55 juta ton per tahun. Sedangkan, Singapura hanya 12 juta ton
per tahun, Vietnam sebesar 45 juta ton per tahun, dan Malaysia sebesar
20 juta ton per tahun. Selama lima tahun belakangan, konsumsi per kapita
Indonesia ini tergolong naik. Pada tahun 2007, konsumsi semen per
kapita mencapai 141 kilogram. Pada tahun 2011, konsumsi ini meningkat
menjadi 200 kilogram.
Regulasi Impor
Produsen semen asing sepertinya tak lagi leluasa menjual
produknya di Indonesia. Pasalnya, pemerintah telah memberlakukan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40/M-DAG/PER/8/2013 tentang
Ketentuan Impor Semen Clinker dan Semen. Beleid ini diyakini mampu
meningkatkan investasi dari sektor semen di dalam negeri.
Selama ini, impor semen terus meningkat meskipun produksi semen di
dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan nasional. Dengan aturan ini, ke
depan impor semen dan clinker (semen setengah jadi) akan semakin ketat
sehingga tidak semua produsen semen asing bisa menjual produknya ke
Indonesia. Imbasnya, perusahaan yang ada di Indonesia bisa lebih leluasa
untuk berekspansi dan menarik investor baru untuk membangun pabrik.
Beleid yang berlaku per 1 September 2013 hingga 1 September 2017 ini
antara lain mengatur tentang impor semen putih berwarna artifisial dan
tidak dengan kode tarif (HS) 2523.21.00.00, semen diwarnai dengan HS
2523.29.10.00 dan semen lain dengan HS 2523.29.90.00.
Pembatasan impor juga dilakukan untuk semen alumina berkode HS
2523.30.00.00, dan semen hidrolik lainnya berkode HS 2523.90.00.00.
Dengan pembatasan ini, hanya importir terdaftar yang mengantongi
rekomendasi dari Kementerian Perindustrian yang bisa mengajukan izin
impor semen-semen tersebut ke Kementerian Perdagangan.
Sementara yang diatur dalam impor clinker adalah produk dengan HS
2523.10.10.00, dan HS 2523.10.90.00. Hanya importirtir produsen yang
memiliki fasilitas produksi terintegrasi di Indonesia dan punya
rekomendasi Kemperin yang bisa mengimpor clinker ini.
Sementara konsumsi semen nasional yang tumbuh pesat mendorong
produsen semen berekspansi untuk mendongkrak kapasitas produksi. Di sisi
lain, impor semen dan clinker terus meningkat dari 700.000 ton pada
2012 dan diperkirakan naik jadi satu juta ton di 2013.
Investasi Baru
Melihat pasar semen yang sangat menggairahkan itu, tak heran
banyak investor yang tertarik ingin menanamkan investasinya di sini.
Saat ini ada sebanyak 12 investor yang siap menggelontorkan dananya
sekitar US$ 6,68 miliar (Rp 65,03 triliun). Investasi sebesar itu, tentu
saja akan melipat gandakan kapasitas produksi semen di Tanah Air menjadi
108,77 juta ton, atau bertambah 48,3 juta ton dari akhir 2012 masih
60,47 juta ton. Sedangkan investor lama yang kini telah memiliki pabrik
semen akan menambah kapasitas produksi 35,3 juta ton dengan nilai
investasi US$ 4,83 miliar (Rp 47,03 triliun).
Sejarah berdiri
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) pada mulanya didirikan sebagai
suatu forum komunikasi, konsultasi dan koordinasi yang bertujuan untuk
melakukan kerja sama antara anggotanya dalam mengembangkan industri
semen baik dalam hal produksi, mutu, pemasaran, penelitian dan
pengembangan maupun dalam hal-hal lain yang dirasakan perlu oleh para
anggota, masyarakat dan negara Indonesia.
ASI secara resmi berdiri pada tanggal 7 Oktober 1969, kala itu hanya dua
pabrik semen yang menjadi anggota, yakni P.N. Semen Padang dan P.N.
Semen Gresik.
Pada perkembangannya Asosiasi Semen Indonesia menyesuaikan dengan
kebutuhan para anggotanya dan keadaan perkembangan yang terjadi di
Indonesia akibat dari kebijakan yang di ambil pemerintah atas kegiatan
ekonomi.
Sejalan dengan pesatnya pembangunan, dan seiring bertumbuhnya pabrik
semen baru di Tanah Air, anggota ASI saat ini berjumlah 9 (sembilan),
mereka itu terdiri dari : PT Semen Padang, PT Semen Gresik, PT Semen
Tonasa, PT Holcim Indonesia Tbk, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PT
Semen Baturaja, PT Semen Andalas Indonesia, PT Semen Kupang, dan PT
Semen Bosowa Maros.