Dalam data statistik Asosiasi Semen
Indonesia (ASI) pertumbuhan konsumsi semen di Indonesia menunjukkan
trend kenaikan yang positif, rata-rata pertahun mencapai angka 8.4 %
dalam kurun waktu 2010-2015. Namun angka tersebut masih di bawah
kapasitas produksi semen nasional. Berdasarkan data Sistem Informasi
Investasi dan Pasar Infrastruktur (SIIPI) kurun waktu 2010-2015
menunjukkan peningkatan. Untuk tahun 2015 saja kapasitas produksi
mencapai 75,3 juta ton.
Jika dihitung berdasarkan konsumsi
perkapita, konsumsi semen di Indonesia tergolong masih rendah baru
diangka 300 kilogram perkapita. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan
dengan konsumsi semen di Malaysia yang mencapai lebih dari 600 kilogram
per kapita. Hal tersebut menunjukkan pembangunan infrastruktur masih
terbelakang. Positifnya, program pemerintah dalam percepatan pembangunan
infrastruktur akan terus berkembang guna menciptakan iklim investasi
yang baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam upaya tersebut, pemerintah
Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, mendukung penuh
dengan merealisasikan melalui Master Plan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Salah satunya terlihat dalam
alokasi APBN untuk pembangunan infrastrukutur mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun, untuk tahun 2016 dananya mencapai lebih dari 300 triliun
rupiah. Kenaikan tajam terlihat antara tahun 2014 hingga 2015 yang
disebabkan oleh realokasi dana subsidi energi dialihkan untuk
pembangunan infrastruktur. Ini tentu akan berimbas pada permintaan semen
nasional yang meningkat. ASI memprediksikan konsumsi semen nasional
akan menyentuh angka 85-90 juta ton pada tahun 2017.
Beberapa program pemerintah yang akan
mendukung industri semen nasional diantaranya peluncuran program satu
juta rumah pada April 2015, yang merupakan program pemerintah untuk
memberikan fasilitas rumah yang memadai bagi warga berpenghasilan rendah
dimana setengah alokasi pembangunannya menggunakan anggaran negara.
Program pembangunan pedesaan senilai Rp 47 triliun yang mulai
dilaksanakan tahun ini. Program lainnya pembangunan pembangkit listrik
35.000 MW hingga 2019. Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik
masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Hal ini tentu akan
berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan menginisiasi
berkembangnya pembangunan infrastruktur di luar Jawa. Yang hingga saat
ini Pulau Jawa masih menjadi konsumen utama konsumsi semen nasional yang
mencapai lebih dari setengah total konsumsi semen di Indonesia, diikuti
oleh Sumatera.
Tren tersebut mendorong produsen semen
nasional berlomba-lomba melakukan ekspansi dengan mengeluarkan investasi
triliunan rupiah. Produsen semen nasional didominasi oleh tiga
perusahaan besar yaitu, PT Semen Indonesia, PT Indocement Tunggal
Prakarsa dan PT Holcim Indonesia. Diikuti PT Semen Andalas, Semen
Baturaja dan Bosowa Group. Indonesia (sebelumnya dikenal sebagai Semen
Gresik). PT Semen Indonesia menguasai sekitar 43 persen dari penjualan
pasar domestik. Diikuti oleh Indocement Tunggal Prakarsa yang mengambil
lebih dari 30 persen pasar. Di tempat ketiga, dengan pangsa pasar
sekitar 15 persen dikuasai oleh Holcim Indonesia, yang merupakan bagian
dari Swiss Holcim Group, salah satu produsen semen terbesar di seluruh
dunia. Pangsa lainnya diambil oleh pemain kecil termasuk Bosowa
Corporation dan Semen Baturaja.
Masuknya perusahaan-perusahaan asing dari
eropa ditambah dalam beberapa tahun terakhir dari Thailand dan
Tiongkok, membuat kompetisi di pasar semen nasional kian sengit.
Menguatnya isulingkungan di negara-negara eropa, pelemahan ekonomi di
Tiongkok dan masih rendahnya konsumsi semen negara-negara berkembang,
jadi faktor utama dan membuat Indonesia menjadi sasaran empuk ekspansi
perusahaan-perusahan semen asing.
Tahun 2016 ini saja Indonesia kedatangan
lima pendatang baru dalam industri semen yaitu Anhui Keong (Tiongkok)
beroperasi di Kalimantan Selatan yang memiliki kapasitas produksi
tahunan 1.55 juta ton pertahun; kedua, Pan Asia (Pakistan) dengan merek
Semen Bima yang diproduksi di Banyumas Jawa Tengah dengan kapasitas
produksi tahunan mencapai 2 juta ton; ketiga, Siam Cement merupakan unit
produsen semen terbesar di Thailand yang pabriknya beroperasi di
Sukabumi (Jawa Barat), memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 1,9
juta ton semen pertahun; keempat, Cemindo Gemilang dengan pabrik di
Banten memiliki kapasitas produksi sebesar 4 juta ton pertahun; dan
kelima, Jui Shin Indonesia dengan pabrik di Karawang (Jawa Barat) yang
memiliki kapasitas produksi tahunan 2 juta ton dengan merek dagang Semen
Garuda.
Tahun 2015 produksi semen nasional
mencapai 75.3 juta ton sementara konsumsi nasional baru menyentuh angka
62 juta ton. Data tersebut menunjukkan kapasita produksi semen nasional
mengalami kelebihan dibanding permintaan domestik. Jika melihat
kelebihan kapasitas yang ada sekarang, sebetulnya menjadi peluang bagi
Indonesia untuk merambah pangsa pasar ekspor yang saat ini tidak
signifikan. Ekspor semen Indonesia mengalami naik turun rentang tahun
2010-2015. Tahun lalu, ekspor semen mencapai 1 juta ton, naik 280% dari
tahun sebelumnya 265,16 ribu ton. Sebanyak 561,76 ribu ton ekspor dalam
bentuk semen dan sisanya 445,74 ribu ton berupa kerak semen. Beberapa
negara yang mempunyai peluang sebagai target pasar ekspor semen
Indonesia diantaranya Bangladesh, Afrika, Australia, Filipina dan Timur
Tengah.
Pemerintah perlu menyikapi dengan membuat kebijakan pembatasan investasi asing dalam industri semen di Indonesia. Kedatangan perusahaan asing hanya akan mengakibatkan kelebihan pasokan lebih besar yang berimbas pada penurunan harga jual dan profitabilitas terbatas dan membuat semakin sengitnya perebutan pangsa pasar semen domestik.
BBMD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar