Semen
Semen berasal dari kata cement dalam bahasa Inggris yang berarti
pengikat/perekat. Perkataan cement itu sendiri diambil dari kata latin,
yaitu cementum, yaitu nama yang diberikan kepada batu kapur yang
serbuknya telah dipergunakan sebagai bahan adukan (mortar) lebih dari
200 tahun yang lalu di Romawi (sekarang Italia).
Dalam perkembangannya, arti perkataan cement mengalami sedikit
perubahan, misalnya pada abad pertengahan diartikan sebagai segala macam
bahan pengikat/perekat (seperti rubber cement termasuk pula ke dalam
portland cement).
Semen adalah hydraulic binder (perekat hidrolis) yang berarti bahwa
senyawa-senyawa yang terkandung di dalam semen tersebut dapat bereaksi
dengan air membentuk zat baru yang bersifat perekat terhadap batuan.
Oleh karena sifat hidrolis tersebut, maka semen bersifat :
• dapat mengeras bila dicampur dengan air
• tidak larut dalam air
• plastis sementara bila dicampur dengan air
• melepaskan panas bila dicampur dengan air
• dapat melekatkan batuan bila dicampur dengan air
Semen bersifat adhesif maupun kohesif yang digunakan sebagai bahan
pengikat (Bonding Material), antara lain sebagai pengikat batu, pasir
dan bahan lain menjadi bahan padat yang dipergunakan untuk pekerjaan
konstruksi. Material yang mempunyai sifat-sifat adhesif dan kohesif
disebut binder. Adapun Jenis pengikat ( Bonding Material ) dibagi
menjadi dua jenis :
• Semen Hidrolis
Merupakan semen yang mengeras dalam air dan dapat menghasilkan padatan yang stabil dalam air. misalnya : semen portland.
• Semen Non Hidrolis
Merupakan semen yang tidak dapat mengeras dalam air atau tidak stabil dalam air, misalnya kapur.(3)
Bahan Baku Semen
Semen terdiri dari berbagai senyawa mineral yang mengandung senyawa
kalsium aluminat dan kalsium aluminat ferit yang berarti senyawa semen
berasal dari zat oksida kapur, oksida silika, oksida aluminat dan
oksida besi. Oleh sebab itu bahan mentah semen adalah bahan-bahan yang
menghasilkan keempat oksida tersebut dalam jumlah tertentu dan berasal
dari satu atau dua jenis bahan mentah yang lain.
Sumber utama bahan mentah tersebut adalah :
1. Batu Kapur (Lime Stone)
Batu kapur digunakan sebanyak ± 81% dari total kebutuhan bahan mentah.
Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempunyai rumus CaCO3
( kalsium karbonat) pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4. Batu kapur
yang baik dalam penggunaan pembuatan semen memiliki kadar air ± 5%.
Reaksi : CaCO3→ CaO + CO2
2. Batu Silika (Silika Stone)
Batu silika digunakan sebanyak ± 9% dari total kebutuhan bahan
mentah. Batu silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya
batu silika terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar
SiO2 semakin putih warna pasir silikanya, semakin berkurang kadar SiO2
semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah
menggumpal karena kadar airnya yang tinggi.
3. Tanah Liat (Clay)
Tanah liat digunakan sebanyak ± 9% dari total kebutuhan bahan mentah.
Tanah liat merupakan sumber utama dari alumina (Al2O3) dengan komposisi
utama Al2O3 minimal 27%. Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada
produksi semen SiO2 Al2O3.2H2O.
4. Pasir Besi (Iron Sand)
Pasir besi yang digunakan sebanyak ± 1% dari total kebutuhan bahan
semen. Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada
umumnya selalu tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya.
Fe2O3 berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak
semen. Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu ± 75% – 80%.
5. Gypsum
Pada penggilingan akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan
semen. Gypsum memiliki rumus (CaSO4.2H2O). Kadar gypsum dengan murni
minimal 95% merupakan bahan penolong dalam industri semen yang berguna
untuk memperlambat proses pengerasan dari semen.(4)
Semen Portland Campur (mixed cement)
Definisi Semen Portland Campur
Suatu bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama dari
terak Semen Portland dan gypsum dengan satu atau lebih bahan anorganik
yang bersifat tidak bereaksi (inert).(2)
Klasifikasi Semen Portland Campur
a. Semen Portland Pozolan
Merupakan bahan perekat hidrolik yang dibuat dengan cara menggiling
secara klinker semen Portland dengan bahan yang bersifat pozolan.
Pozolan adalah suatu bahan bangunan yang bersifat reaktif terhadap kapur
dan dapat berupa alam atau buatan.
Pozolan alam atau yang lazim disebut tras, adalah hasil lapukan batuan
gunung berapi yang banyak mengandung silika, yang dalam keadaan halus
bila dicampur dengan kapur dan air setelah beberapa waktu akan membentuk
masa yang padat, keras dan tidak larut dalam air.
Sedangkan pozolan buatan adalah suatu bahan yang didapatkan melalui
proses pembuatan seperti semen merah, abu terbang (fly ash) dan
sebagainya. Bahan tersebut antara lain bahan yang mengandung senyawa
silika dan alumina, dimana bahan bahan-bahan pozolan ini sendiri tidak
mempunyai sifat mengikat, akan tetapi dengan bentuknya yang halus bila
bercampur dengan air maka senyawa tersebut akan bereaksi dengan Ca(OH)2
pada suhu kamar akan membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti
semen. Semen Portland Pozolan terbagi atas empat macam, yaitu :
1. Jenis IP-U : digunakan untuk semua pembuatan adukan beton
2. Jenis IP-K : digunakan untuk semua pembuatan adukan beton dengan tahan sulfat dan hidrasi sedang
3. Jenis P-U : digunakan untuk semua pembuatan adukan beton dimana tidak diyaratkan kekuatan awal yang tinggi.
4. Jenis P-K : digunakan untuk semua pembuatan adukan beton dimana tidak
disyaratkan kekuatan awal yang tinggi serta untuk tahan sulfat dan
tahan hidrasi rendah.
b. Semen Portland kerak dapur tinggi
Semen yang dibuat dengan cara menggiling klinker dengan kerak dapur
tinggi. Semen ini digunakan untuk gedung-gedung yang menggunakan beton
bertulang, bangunan air dan beton praktekan.
c. Super Masonry Cement (SMC)
Super masonry cement adalah bahan pengikat hidrolis yang dapat dibuat
dengan cara menggiling bersama antara klinker semen portland, gips
dengan bantuan kapur atau bahan silika.
Kegunaan Super Masonry Cement antara lain :
- Sangat cocok untuk pekerjaan pembuatan pondasi konstruksi ringan,
karena sifatnya yang lebih plastis dan tidak cepat kaku pada waktu
pengecoran serta memiliki kekuatan tekan yang relatif sama dengan semen
Portland.
- Karena sifatnya yang plastis dan mudah dikerjakan (workable), lebih
cocok untuk pekerjaan pemasangan batu bata, tegel dan bahan-bahan
bangunan lainnya.
- Sangat cocok untuk semua pekerjaan plesteran, yaitu sebagai penutup
permukaan dinding baik luar atau dalam bangunan dari pasangan bata merah
atau batu cetak, yang berfungsi sebagai perata permukaan, memperindah
dan memperkedap dinding, karena sifatnya yang lebih plastis dan lebih
kedap air.
- Memberikan hasil permukaan plester yang licin dan halus serta tanpa retak-retak, karena sifatnya pengerutan dan penyusutannya.
- Sangat cocok untuk pekerjaan-pekerjaan pengecoran dan pencetakan
karena sifatnya yang workable, lebih plastis serta panas hidrasinya
lebih rendah, sehingga hasilnya akan lebih baik dan bebas dari
keretakan-keretakan.
- Mempunyai pori-pori permukaan yang sangat kecil, sehingga akan menghemat pemakaian bahan cat.
- Mempunyai pertumbuhan kekuatan tekan yang relatif lambat, sehingga
bangunan yang menggunakan Masonry Cement akan memiliki kekuatan akhir
yang lebih besar.(3)
Sifat Fisika Semen Portland Campur
Beberapa sifat semen yang utama adalah :
1. Sifat Hidrasi Semen
Hidrasi semen adalah reaksi yang terjadi antara komponen-komponen atau
senyawa-senyawa dengan air menghasilkan hidrat. Reaksi hidrasi semen
tersebut akan menghasilkan panas yang akhirnya mempengaruhi kualitas
(mutu) beton.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi hidrasi semen antara lain ;
a. Jumlah air ang ditambahkan
b. Temperatur
c. Kehalusan semen
d. Bahan aditif
Faktor-faktor tersebut akan mengakibatkan terbentuknya pasta semen
dalam jangka waktu tertentu akan mengalami pengerasan (setting). Proses
hidrasi adalah proses kristalisasi yang dibagi dalam tiga tahap proses,
yaitu :
1) Secara kimia, bahan-bahan dalam semen bereaksi dengan air membentuk senyawa hidrat
2) Secara fisika, senyawa hidrat yang terbentuk akan membentuk kristal karena larutannya sangat jenuh
3) Secara mekanis, kristal yang terbentuk akan saling mengikat secara kohesi dan adhesi membentuk struktur yang kokoh
Hidrasi ada temperatur yang tinggi akan menyebabkan kekuatanakhir semen
menjadi rendah dan beton akan menjadi retak. Berdasarkan hal ini, maka
bahan yang dipakai untuk pembuatan beton harus disimpan pada tempat
dengan temperatur yang rendah agar penguapan air tidak terlalu
berlebihan.
2. Setting (pengikatan) dan Hardening (pengerasan)
Pada pencampuran adonan semen dengan air akan menimbulkan terjadinya
gejala kekuatan semen yang biasa dinyatakan dengan waktu pengikatan
(setting time) yaitu mulai terjadinya adonan sampai mulai kaku.
Ada dua jenis setting time yaitu :
• Initial setting time (waktu pengikatan awal) adalah waktu mulai adonan
terjadi kekakuan tertentu dimana adonan sudah mulai tidak workable.
• Final setting (waktu pengikatan akhir)adalah waktu mulai adonan terjadi sampai kekuatan penuh
Hardening yaitu semen mulai mengeras dan memberikan kekuatan. Jadi
setting time dan hardening merupakan suatu rangkaian proses sejak
terjadinya adonan sampai semen tersebut mengeras dan memberikan
kekuatan.
3. Kekuatan tekan
Kekuatan tekan adalah kemampuan material menahan suatu beban. Kekuatan
tekan yang diukur adalah kekuatan tekan terhadap pasta, mortar dan
beton. Pasta adalah campuran antara semen dan air pada perbandingan
tertentu. Mortar adalah campuran antara semen, air dan pasir pada
perbandingan tertentu. Beton adalah campuran antara semen, pasir, air
dan agregat atau kerikil pada perbandingan tertentu. Kekuatan tekan
adalah sifat kemampuan menahan atau memikul statu beban tekan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan :
• Kualitas semen
Meliputi kehalusan dan komposisi semen. Semakin halus partikel-partikel
semen akan menghasilkan kekuatan tekan yang semakin tinggi
• Kualitas selain semen
Meliputi kualitas agregat, kekuatan tekan agregat dan pasta, kekerasan
permukaan, konsentrasi, ukuran agregat, water cement ratio, volume
udara, cara pengerjaan seperti pengadukan, compacting, pengeringan dan
umur beton.
4. Penyusutan (Shrinkage)
Merupakan proses penyusutan volume beton karena adanya penguapan air
yang ada dalam adonan semen tersebut. Semen yang baik adalah jika
memiliki penyusutan sekecil mungkin. Proses penyusutan dipengaruhi oleh:
1. Komposisi semen
2. Jumlah pencampuran semen
3. Concrete mix
4. Curing condition (suhu, humdity,aliran air)
Untuk mengatasi penyusutan yang dapat menimbulkan keretakan tersebut maka kadar gipsum dalam semen dapat dipertinggi.
5. Panas hidrasi
Panas hidrasi merupakan panas yang dihasilkan oleh reaksi hidrasi
(reaksi eksoterm) jika semen dicampur dengan air. Besarnya panas hidrasi
dipengaruhi oleh:
a) Tipe semen
b) Komposisi kimia
c) Kehalusan semen
d) Jumlah air yang ditambahkan
Reaksi hidrasi semen adalah sebagai berikut :
2(3CaO.SiO2) + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
2(2CaO.SiO2) + 4H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2
2CaO.Al2O3 + 6H2O 3CaO.Al2O3.6H2O
3CaO.Al2O3.6H2O + 3CaSO4.2H2O 3CaO.Al2O3.3CaSO4.9H2O
4CaO.Al2O3.Fe2O3 + 12H2O 3CaO.Al2O3.6H2O+ 3CaO.Fe2O3.6H2O
Jika semen berkekuatan awal tinggi dan memiliki panas hidrasi tinggi
digunakan sebagai embentuk beton, maka beton akan mengalami keretakan.
Hal ini disebabkan oleh sulitnya melepaskan panas hidrasi yang timbul
selama proses hidrasi berlansung, yang pada akhirnya akan terjadi
kontraksi. Kontraksi inilah yang menyebabkan beton retak apabila proses
pendinginan beton tersebut dilanjutkan.
6. Ketahanan (Durability)
Yaitu ketahanan beton terhadap pengaruh yang merusak oleh kondisi
disekitarnya sehingga tidak menimbulkan penurunan kekuatan tekan.
Umumnya kerusakan pada beton di daerah-daerah tropis disebabkan oleh
pengaruh asam, pengaruh sulfat dan abrasi.
a. Beton pada pengaruh asam dan sekitarnya
Umumnya serangan oleh asam pada beton adalah dengan merubah
konstituen-konstituen semen yang tidak larut dalam air menjadi
senyawa-senyawa yang larut dalam air, sehingga dengan mudah dapat
dihilangkan. Misalnya asam klorida (HCl) merubah Kalsium Silikat Hidrat,
Kalsium Aluminat Hidrat, Kalsium Alumina Ferryte Hidrat dan Ca(OH)2
menjadi CaCl2, AlCl3 dan FeCl3.
b. Beton pada pengaruh sulfat dari sekitarnya
Bermacam-macam senyawa sulfat umumnya dapat menyerang beton dengan
hebatnya. Kecuali Barium Sulfat yang bersifat tidak larut dalam air oleh
karena tidak agresif.
c. Beton pada pengaruh abrasi terhadap beton
Pada pemakaian-pemaakaian tertentu, misalnya untuk lantai landasan,
jalan dan sebagainya , beton akan mengalami keausan, oleh karena
ketahanan terhadap abrasi merupakan faktor penting dalam menentukan
durabilitinya.(1)
7. Kelenturan
Selama proses hidrasi akan terjadi ekspensi abnormal yang dapet
menyebabkan beton menjadi retak. Ekspensi yang sangat besar terjadi
didalam semen apabila kandungan freelime, MgO, Na2O dan K2O sangat
tinggi atau gypsum yang ditambahkan pada penggilingan akhir terlalu
banyak.
8. Kehalusan
Kehalusan semen merupakan salah satu syarat mutu fisika semen karena
akan menentukan luas permukaan partikel-partikel emen pada saat hidrasi.
Semekin halus semen maka kekuatan, panas hidrasi dan kebutuhan air per
satuan berat semen akan semakin tinggi, serta reaksi hidrasi akan
semakin cepat. Disamping itu, hal tersebut dapat menyebabkan semakin
singkatnya setting time serta lebih mudah terjadinya shrinkage sehinggaa
menimbulkan keretakan pada konstruksi beton.
Semen yang memiliki kehalusan terlalu tinggi akan mudah menyerap air dan
CO2 dari udara. Jika semen terlalu kasar, maka kekuatan, plastisitas
dan kestabilannya akan berkurang. Oleh karena itu untuk menjaga agar
semen dapat dipakai dengan baik, kehalusannya dijaga. Hal itu tergantung
dari jenis semen.
9. Kelembaban
Selama penyimpanan ataau pengangkutan, semen mudah menyerap uap air dan
CO2 dari udara sehingga akan menurunkan kualitas semen. Hal ini ditandai
dengan ;
1) Bertambahnya Lost On Ignition (LOI)
2) Terbentuknya gumpalan-gumpalan
3) Menurunnya spesifik grafity
4) Menurunnya kekuatan tekan semen
5) Bertambahnya waktu setting dan hardening
10. False set
False set merupakan hasil dari dehidrasi gypsum yang disebabkan karena pemanasan berlebihan pada semen. Reaksinya adalah:
CaSO4.2H2O CaSO4.½ H2O
False set merupakan pengerasan yang tidak normal apabila air
ditambahkan kedalam semen beberapa menit kekuatan (rigidity) segera
terjadi. Pengerasan ini disebabkan oleh adanya CaSO4.½ H2O dalam semen.
False set dapat dihindari dengan mengatur temperature semen saat
penggilingan di cement mill agar gypsum tidak berubah menjadi CaSO4.½
H2O. Selain itu gypsum yang digunakan harus cukup dan belum
terhidrasi.(3)
2.4 Pengaruh BTL (Bagian Tak Larut), SO3 dan Hilang Pijar pada SMC (Super Masonry Cement)
BTL (bagian tak larut) merupakan senyawa yang tetap tinggal setelah
semen tersebut direaksikan dengan asam klorida (HCl) dan natrium
hidroksida (NaOH). Bagian tak larut terutama berasal dari clay berupa
SiO2 yang tidak terikat dalam pembuatan klinker. Biasanya senyawa ini
hanya terdapat dalam jumlah kecil sehingga tidak mempengaruhi mutu
semen.
Sulfur trioksida (SO3), senyawa ini terutama berasal dari gypsum dan
bahan bakar yang dipakai pada pembentukan klinker. Fungsi utama senyawa
ini adalah untuk menghambat proses hidrasi mineral C3A dan sebagai
pengatur setting time semen. Apabila penambahan gypsum mencapai titik
optimalnya, maka senyawa ini dapat membantu terjadinya hidrasi C3S. Hal
ini akan memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
1) Kekuatan tekan semen bertambah
2) Mengurangi terjadinya drying shrinkage (penyusutan)
3) Meningkatkan kelenturan (soundness) semen
Kadar SO3 dalam klinker yang baik adalah 0,6 % dan jika kadar SO3 dalam
klinker tinggi maka klinker akan sukar digiling. Jika kadar SO3 dalam
SMC ini lebih dari 3% maka akan menyebabkan semen ini mudah retak
terutama pada pemakaian plesteran.
Hilang Pijar (Lost On Ignition / LOI) adalah berat yang hilang (dalam
%) dari sampel pada waktu dipijarkan pada suhu dan waktu tertentu.
Hilang pijar pada semen terutama disebabkan oleh terjadinya penguapan
air kristal yang berasal dari gypsum serta penguapan CO2. Pada semen
yang baru diproduksi, nilai hilang pijar berkisar antara 0,5-0,8% sesuai
dengan jumlah kristal yang terdapat dalam gypsum.(6)
2.4 Metode Gravimetri
Metode gravimetri adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada
penimbangan berat konstan unsur/senyawa yang ditentukan terhadap berat
sampel yang dilakukan dengan beberapa cara seperti pengendapan,
penguapan dan elektrolisis dari suatu sampel secara kimia maupun
fisika.(7)
• Cara penguapan
Pada cara ini komponen-komponen yang tidak diinginkan, dihilangkan
sebagai uap. Uap ini jika tidak diperlukan dibiarkan hilang begitu saja
dalam udara dan zat yang tertinggal ditentukan beratnya. Jika uap
tersebut diperlukan, maka uap tersebut dialirkan ke dalam zat penyerap
yang sebelumnya telah ditentukan beratnya. Dari penambahan berat dapat
ditentukan jumlah uap tersebut. Contoh aplikasi metode ini adalah
penentuan kadar air (air kristal atau air yang ada dalam suatu bahan).
• Cara Pengendapan
Pada cara ini komponen-komponen yang diinginkan diubah bentuknya
menjadi bentuk yang sukar larut. Bentuk ini kemudian harus dapat
dipisahkan secara sempurna.
Secara umum langkah-langkah analisis gravimetri cara pengendapan adalah sebagai berikut :
a. Sampel atau cuplikan ditimbang dengan teliti dan dilarutkan dalam pelarut agar terjadi endapan
b. Ditambahkan pereaksi agar terjadi endapan
c. Memisahkan endapan yang terbentuk
d. Memurnikan atau membersihkan endapan
e. Menimbang endapan sesudah dikeringkan
f. Menghitung hasil analisis
• Metode Elektrolisis
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam
terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation
apabila dialiri dengan arus listrikn dengan besar tertentu dalam waktu
tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan
oksidasi = 0
Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan
beratnya, misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair
dengan cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada
sampel yang diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti
air limbah.
Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat
dalam sampel relatif besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang.
Apabila kadar analit dalam sampel hanya berupa unsure pelarut, maka
metode gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti. Sampel yang dapat
dianalisis dengan metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun
sampel cair.(7,8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar