Kamis, 26 Januari 2017

PROSPEK INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA

55a7cf9c71f1c9c495413f934dd1a158

Dalam data statistik Asosiasi Semen Indonesia (ASI) pertumbuhan konsumsi semen di Indonesia menunjukkan trend kenaikan yang positif, rata-rata pertahun mencapai angka 8.4 % dalam kurun waktu 2010-2015. Namun angka tersebut masih di bawah kapasitas produksi semen nasional. Berdasarkan data Sistem Informasi Investasi dan Pasar Infrastruktur (SIIPI) kurun waktu 2010-2015 menunjukkan peningkatan. Untuk tahun 2015 saja kapasitas produksi mencapai 75,3 juta ton.

Jika dihitung berdasarkan konsumsi perkapita, konsumsi semen di Indonesia tergolong masih rendah baru diangka 300 kilogram perkapita. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi semen di Malaysia yang mencapai lebih dari 600 kilogram per kapita. Hal tersebut menunjukkan pembangunan infrastruktur masih terbelakang. Positifnya, program pemerintah dalam percepatan pembangunan infrastruktur akan terus berkembang guna menciptakan iklim investasi yang baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

untitled21

Dalam upaya tersebut, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, mendukung penuh dengan merealisasikan melalui Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Salah satunya terlihat dalam alokasi APBN untuk pembangunan infrastrukutur mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, untuk tahun 2016 dananya mencapai lebih dari 300 triliun rupiah. Kenaikan tajam terlihat antara tahun 2014 hingga 2015 yang disebabkan oleh realokasi dana subsidi energi dialihkan untuk pembangunan infrastruktur. Ini tentu akan berimbas pada permintaan semen nasional yang meningkat. ASI memprediksikan konsumsi semen nasional akan menyentuh angka 85-90 juta ton pada tahun 2017.


Untitled5.jpg

Beberapa program pemerintah yang akan mendukung industri semen nasional diantaranya peluncuran program satu juta rumah pada April 2015, yang merupakan program pemerintah untuk memberikan fasilitas rumah yang memadai bagi warga berpenghasilan rendah dimana setengah alokasi pembangunannya menggunakan anggaran negara. Program pembangunan pedesaan senilai Rp 47 triliun yang mulai dilaksanakan tahun ini. Program lainnya pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW hingga 2019. Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Hal ini tentu akan berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan menginisiasi berkembangnya pembangunan infrastruktur di luar Jawa. Yang hingga saat ini Pulau Jawa masih menjadi konsumen utama konsumsi semen nasional yang mencapai lebih dari setengah total konsumsi semen di Indonesia, diikuti oleh Sumatera.

Tren tersebut mendorong produsen semen nasional berlomba-lomba melakukan ekspansi dengan mengeluarkan investasi triliunan rupiah. Produsen semen nasional didominasi oleh tiga perusahaan besar yaitu, PT Semen Indonesia, PT Indocement Tunggal Prakarsa dan PT Holcim Indonesia. Diikuti PT Semen Andalas, Semen Baturaja dan Bosowa Group. Indonesia (sebelumnya dikenal sebagai Semen Gresik). PT Semen Indonesia menguasai sekitar 43 persen dari penjualan pasar domestik. Diikuti oleh Indocement Tunggal Prakarsa yang mengambil lebih dari 30 persen pasar. Di tempat ketiga, dengan pangsa pasar sekitar 15 persen dikuasai oleh Holcim Indonesia, yang merupakan bagian dari Swiss Holcim Group, salah satu produsen semen terbesar di seluruh dunia. Pangsa lainnya diambil oleh pemain kecil termasuk Bosowa Corporation dan Semen Baturaja.

Masuknya perusahaan-perusahaan asing dari eropa ditambah dalam beberapa tahun terakhir dari Thailand dan Tiongkok, membuat kompetisi di pasar semen nasional kian sengit. Menguatnya isulingkungan di negara-negara eropa, pelemahan ekonomi di Tiongkok dan masih rendahnya konsumsi semen negara-negara berkembang, jadi faktor utama dan membuat Indonesia menjadi sasaran empuk ekspansi perusahaan-perusahan semen asing.

Tahun 2016 ini saja Indonesia kedatangan lima pendatang baru dalam industri semen yaitu Anhui Keong (Tiongkok) beroperasi di Kalimantan Selatan yang memiliki kapasitas produksi tahunan 1.55 juta ton pertahun; kedua, Pan Asia (Pakistan) dengan merek Semen Bima yang diproduksi di Banyumas Jawa Tengah dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 2 juta ton; ketiga, Siam Cement merupakan unit produsen semen terbesar di Thailand yang pabriknya beroperasi di Sukabumi (Jawa Barat), memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 1,9 juta ton semen pertahun; keempat, Cemindo Gemilang dengan pabrik di Banten memiliki kapasitas produksi sebesar 4 juta ton pertahun; dan kelima, Jui Shin Indonesia dengan pabrik di Karawang (Jawa Barat) yang memiliki kapasitas produksi tahunan 2 juta ton dengan merek dagang Semen Garuda.

Tahun 2015 produksi semen nasional mencapai 75.3 juta ton sementara konsumsi nasional baru menyentuh angka 62 juta ton. Data tersebut menunjukkan kapasita produksi semen nasional mengalami kelebihan dibanding permintaan domestik. Jika melihat kelebihan kapasitas yang ada sekarang, sebetulnya menjadi peluang bagi Indonesia untuk merambah pangsa pasar ekspor yang saat ini tidak signifikan. Ekspor semen Indonesia mengalami naik turun rentang tahun 2010-2015. Tahun lalu, ekspor semen mencapai 1 juta ton, naik 280% dari tahun sebelumnya 265,16 ribu ton. Sebanyak 561,76 ribu ton ekspor dalam bentuk semen dan sisanya 445,74 ribu ton berupa kerak semen. Beberapa negara yang mempunyai peluang sebagai target pasar ekspor semen Indonesia diantaranya Bangladesh, Afrika, Australia, Filipina dan Timur Tengah.

Pemerintah perlu menyikapi dengan membuat kebijakan pembatasan investasi asing dalam industri semen di Indonesia. Kedatangan perusahaan asing hanya akan mengakibatkan kelebihan pasokan lebih besar yang berimbas pada penurunan harga jual dan profitabilitas terbatas dan membuat semakin sengitnya perebutan pangsa pasar semen domestik.

 BBMD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar