Kamis, 26 Januari 2017

Tren Perkembangan Semen di Indonesia


Hingga 2017, Investasi Semen Rp 65,03 Triliun


JAKARTA - Sebanyak 12 investor siap menggelontorkan dana sekitar US$ 6,68 miliar (Rp 65,03 triliun) untuk membangun pabrik semen di Indonesia pada 2013-2017. Investasi tersebut akan melambungkan kapasitas produksi semen di Tanah Air menjadi 108,77 juta ton, atau bertambah 48,3 juta ton dari akhir 2012 sebanyak 60,47 juta ton.
Investor yang telah memiliki pabrik semen di Tanah Air akan menambah kapasitas produksinya 35,3 juta ton, dengan nilai investasi US$ 4,83 miliar (Rp 47,03 triliun). Mereka antara lain adalah BUMN PT Semen Indonesia Tbk, yang menjadi induk usaha PT Semen Gresik, PT Semen Padang, dan PT Semen Tonasa.

Investor lainnya adalah Lafarge Cement Indonesia, PT Semen Baturaja (Persero), PT Indocement TP Tbk, PT Holcim Indonesia Tbk, serta PT Semen Bosowa. Pendatang baru akan membangun pabrik semen dengan total kapasitas 13 juta ton dan bernilai investasi sekitar US$ 1,85 miliar (Rp 18 triliun).
Investor ini terdiri atas China Triumph, Anhui Cement, dan State Development and Investment Cooperation (SDIC) asal Tiongkok, Siam Cement dari Thailand, PT Jhui Shin Indonesia dari Taiwan atau Semen Karawang, serta Wilmar (Semen Merah Putih).

Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto mengatakan, investor meningkatkan investasi di industri semen di Tanah Air karena pertumbuhan permintaan di atas 10% per tahun dalam tiga tahun terakhir. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sekitar 6% per tahun.

"Tren pertumbuhan ini diyakini terus terjadi dalam beberapa tahun ke depan, setidaknya hingga 2017-2018," ujar Panggah kepada Investor Daily di Jakarta, pekan lalu.
Menurut dia, tahun 2010, kebutuhan semen nasional mencapai 40,77 juta ton dengan produksi di dalam negeri 40,72 juta ton. Permintaan tahun 2011 naik menjadi 47,99 juta ton, dengan produksi nasional hanya 45,43 juta ton.

Tahun 2012 kebutuhan sebesar 55,16 juta ton dan produksi di dalam negeri masih 54,96 juta ton.
Sementara itu, kapasitas produksi industri pada 2010 sebanyak 53,01 juta ton. Namun, tahun 2011 turun menjadi 52,94 juta ton dan naik kembali menjadi 60,47 juta ton pada 2012.

Kaya Bahan Baku
 
Indonesia menjadi tujuan investasi semen yang menarik baik pemain domestik maupun asing, karena memiliki kekayaan batu kapur dan tanah liat yang melimpah, sebagai bahan baku utama semen. Selain itu, batubara untuk pasokan energi yang murah mudah didapatkan.
Permintaan semen yang terus meningkat di Tanah Air juga ditunjang pertumbuhan properti, serta program pembangunan infrastruktur yang terus didorong pemerintah hingga beberapa tahun ke depan. Proyek pemerintah membutuhkan banyak pasokan semen dan akan naik terus setiap tahunnya, terutama dengan adanya program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B), serta Pembangunan Rumah Rakyat dan Seribu Tower oleh Kemenpera.
"Jumlah penduduk dengan pendapatan yang semakin meningkat akan mendorong pertumbuhan permintaan semen untuk perumahan dan masifnya pembangunan perumahan oleh pengembang," imbuh Panggah.

Pada 2017, konsumsi semen di Tanah Air diproyeksikan mencapai 84,96 juta ton, naik dari tahun 2012 yang masih sekitar 54,96 juta ton. Untuk itu, Indonesia harus menggiatkan investasi semen agar bisa memenuhi permintaan yang terus naik di dalam negeri. Jika tidak, kebutuhan yang terus meningkat akan ?diisi? semen impor dari Vietnam, Thailand, dan Malaysia yang telah kelebihan produksi.

Seiring maraknya investasi pabrik semen, lanjut dia, Kemenperin membuat kebijakan yang mendorong peningkatan kualitas produk dengan wajib Standar Nasional Indonesia (SNI). Kementerian juga mengusulkan pemberian insentif potongan pajak (tax allowance) untuk investasi di luar Jawa.

Namun, sesuai Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011, industri semen juga diwajibkan menurunkan efek gas rumah kaca, melalui penerapan teknologi pengurangan CO2.
Investasi BUMN
Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Agung Wiharto menuturkan, pihaknya optimistis meningkatkan kapasitas produksi pabrik semen menjadi 35,3 juta ton pada 2017, bertambah 12,8 juta ton dibandingkan 2012 yang masih 22,5 juta ton. BMUN ini akan membutuhkan dana investasi sekitar US$ 1,5 miliar (Rp 14,59 triliun), yang akan dibiayai dari dana internal 50-55% dan sisanya dari pinjaman.
Saat ini, BUMN Semen Indonesia menjadi induk usaha dari Semen Gresik yang memiliki kapasitas produksi 11,4 juta ton per tahun, Semen Padang 6,4 juta ton per tahun, serta Semen Tonasa 4,7 juta ton setahun.
Agung yakin, pertumbuhan permintaan semen di Tanah Air masih mencapai 8-10% per tahun hingga akhir 2017.
Angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan sebelum 2010, ketika permintaan hanya tumbuh 5-6% per tahun.
"Yang jelas, ke depan, pertumbuhan permintaan tetap di atas pertumbuhan ekonomi nasional," katanya.
Dari konsumsi semen nasional 2012 sekitar 54,96 juta ton, sebanyak 80% produk semen dijual dalam kemasan (bag), yang diserap 50-55% oleh konsumen ritel dan sisanya oleh korporasi.
Sedangkan produk curah (bulk) hanya sekitar 20%, yang banyak diserap oleh korporasi untuk membangun infrastruktur, perkantoran, mal, apartemen, dan perumahan tapak.
Permintaan semen nasional akan terus naik signifikan jika proyek-proyek MP3EI pemerintah terus berjalan sesuai jadwal. Data yang dirangkum Semen Indonesia menyebutkan, pada 2012-2017, pemerintah memprogramkan pembangunan jalan biasa, jalan raya, pelabuhan, dan bandara dengan total investasi Rp 744 triliun. Proyek tersebar di koridor Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, serta Papua-Maluku.
CEO PT Semen Bosowa Mulyanto Broto optimistis dengan prospek pasar semen nasional, terutama di Indonesia bagian timur yang terus mengejar ketertinggalan dari wilayah barat. Semen Bosowa lebih membidik pasar semen Indonesia bagian timur, tanpa melupakan ekspansi ke wilayah lain di bagian barat.

Perseroan akan meningkatkan kapasitas produksi pabrik menjadi 12 juta ton per tahun pada 2015-2017, dibandingkan tahun 2012 sebesar 3,5 juta ton. Saat ini, Bosowa memproduksi semen di pabrik Maros (Sulawesi Selatan) sebanyak 2,3 juta ton dan Batam (Kepulauan Riau) 1,2 juta ton.
Perseroan tengah dan akan menginvestasikan dana total sekitar US$ 1,02 miliar (Rp 9,92 triliun), untuk menambah kapasitas produksi pabrik semen sebanyak 8,5 juta ton. Skema pembiayaannya, sebanyak 30% dari dana internal dan sisanya dari perbankan.

Pabrik lama di Maros ditambah kapasitasnya 2 juta ton. Sedangkan pabrik baru yang dibangun antara lain di Banyuwangi berkapasitas 1,5 juta ton, Sorong 0,7 juta ton, Amurang 1,2 juta ton, serta Cilegon 1,8 juta ton per tahun.

"Kami akan terus mengembangkan industri semen sebagai lini bisnis utama, karena permintaan di dalam negeri masih besar dan terus berkembang," katanya.
Perkembangan pasar semen masih sangat prospektif, di tengah jumlah penduduk yang mencapai 240 juta namun konsumsi per kapita semen baru 200 kg per tahun. Sekitar 40% semen nasional juga masih diserap di pulau Jawa, sedangkan penyerapan di luar Jawa masih rendah.

Konsumsi semen di Indonesia per kapita per tahun lebih rendah dibandingkan negara tetangga. Konsumsi di Vietnam mencapai 600 kg, Brunei 500 kg, Malaysia 360 kg, Thailand 450 kg, Singapura 800 kg, Tiongkok 1,1 ton, serta Amerika Serikat sekitar 600 kg.



sumber : Investor Daily

Tidak ada komentar:

Posting Komentar